Para aktivis Suriah menyatakan serangan bom di kota Idlib, Suriah Baratlaut telah menewaskan sedikitnya 20 orang.
Serangan granat lain hari Senin terjadi terhadap Bank Sentral Suriah di Damaskus, melukai 4 orang polisi.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan serangan di Idlib itu dilancarkan terhadap kantor-kantor intelijen yang digunakan angkatan darat dan udara Suriah.
Kantor berita pemerintah Suriah mengatakan pembom bunuh diri melakukan peledakan dan menyebut angka korban jiwa yang lebih rendah sedikitnya semilan orang, dan melukai 100 orang lainnya termasuk para petugas keamanan dan kaum sipil.Angka korban tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Televisi pemerintah Suriah menyiarkan keadaan setelah serangan di Idlib, yang menunjukkan mobil-mobil yang hancur, gedung-gedung dan jenazah yang rusak.
Pimpinan PBB Ban Ki-moon mengutuk serangan di Idlib dan Damaskus dengan mengatakan ia sangat prihatin atas kekerasan yang berkepanjangan.
Ledakan-ledakan tersebut terjadi setelah ledakan bom mobil bunuh diri hari Jumat menewaskan paling sedikit sembilan orang, sebagian besar pejabat keamanan, di Damaskus. Kelompok Islamis yang menyebut diri mereka Front al-Nusra mengaku bertanggung jawab atas insiden itu.
Media pemerintah Suriah menuduh 'teroris bersenjata', istilah yang digunakan untuk pemberontak, sebagai pelaku peledakan itu. Pemberontak tersebut telah memimpin pergolakan selama 13 bulan melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Tetapi, para aktivis mengklaim pemerintah mendalangi pemboman untuk memburuk-burukan oposisi.
Serangan Senin terjadi beberapa jam setelah ketua misi pengamat PBB untuk Suriah yang baru diangkat meminta pasukan Presiden Bashar al-Assad dan oposisi menghentikan pertempuran agar gencatan senjata yang rapuh dapat ditegakkan.
Mayjen Robert Mood tiba Minggu di Damaskus untuk memimpin tim pendahulu beranggotakan 30 pengamat tak bersenjata yang bertugas memantau gencatan senjata 12 April yang diwarnai pertempuran yang terus berlanjut.
Jenderal asal Norwegia itu meminta semua kekerasan bersenjata dihentikan, tetapi ia mengatakan para pemantau PBB tidak dapat menyelesaikan semua persoalan di Suriah, seraya meminta kerjasama dari pasukan yang setia kepada Assad dan pemberontak yang berusaha mengakhiri kekuasaan Assad.
Bahkan pada waktu ia berbicara hari Minggu, para aktivis melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dalam kekerasan di seantero negara itu, termasuk 14 warga sipil yang ditembak mati pasukan pemerintah di desa Hamadi Omar di provinsi Hama, Suriah Tengah.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan serangan di Idlib itu dilancarkan terhadap kantor-kantor intelijen yang digunakan angkatan darat dan udara Suriah.
Kantor berita pemerintah Suriah mengatakan pembom bunuh diri melakukan peledakan dan menyebut angka korban jiwa yang lebih rendah sedikitnya semilan orang, dan melukai 100 orang lainnya termasuk para petugas keamanan dan kaum sipil.Angka korban tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Televisi pemerintah Suriah menyiarkan keadaan setelah serangan di Idlib, yang menunjukkan mobil-mobil yang hancur, gedung-gedung dan jenazah yang rusak.
Pimpinan PBB Ban Ki-moon mengutuk serangan di Idlib dan Damaskus dengan mengatakan ia sangat prihatin atas kekerasan yang berkepanjangan.
Ledakan-ledakan tersebut terjadi setelah ledakan bom mobil bunuh diri hari Jumat menewaskan paling sedikit sembilan orang, sebagian besar pejabat keamanan, di Damaskus. Kelompok Islamis yang menyebut diri mereka Front al-Nusra mengaku bertanggung jawab atas insiden itu.
Media pemerintah Suriah menuduh 'teroris bersenjata', istilah yang digunakan untuk pemberontak, sebagai pelaku peledakan itu. Pemberontak tersebut telah memimpin pergolakan selama 13 bulan melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Tetapi, para aktivis mengklaim pemerintah mendalangi pemboman untuk memburuk-burukan oposisi.
Serangan Senin terjadi beberapa jam setelah ketua misi pengamat PBB untuk Suriah yang baru diangkat meminta pasukan Presiden Bashar al-Assad dan oposisi menghentikan pertempuran agar gencatan senjata yang rapuh dapat ditegakkan.
Mayjen Robert Mood tiba Minggu di Damaskus untuk memimpin tim pendahulu beranggotakan 30 pengamat tak bersenjata yang bertugas memantau gencatan senjata 12 April yang diwarnai pertempuran yang terus berlanjut.
Jenderal asal Norwegia itu meminta semua kekerasan bersenjata dihentikan, tetapi ia mengatakan para pemantau PBB tidak dapat menyelesaikan semua persoalan di Suriah, seraya meminta kerjasama dari pasukan yang setia kepada Assad dan pemberontak yang berusaha mengakhiri kekuasaan Assad.
Bahkan pada waktu ia berbicara hari Minggu, para aktivis melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dalam kekerasan di seantero negara itu, termasuk 14 warga sipil yang ditembak mati pasukan pemerintah di desa Hamadi Omar di provinsi Hama, Suriah Tengah.