Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah membuat kontroversi dengan pernyataan anti-Muslimnya, sejak rakyat India mulai memberikan suara dalam pemilihan parlemen negara itu pada bulan lalu.
Namun bukan hanya Modi yang menyebarkan retorika kontroversial anti-Muslim, anggota penting Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa juga menyuarakan sentimen serupa, ketika partai itu berusaha meraih masa jabatan ketiga yang bersejarah.
Dalam empat minggu sejak pemungutan suara dibuka pada 19 April, Hindutva Watch, sebuah lembaga pengawas yang berpusat di AS, telah mencatat ratusan kampanye yang menampilkan “bintang kampanye” BJP dan para kandidat yang menyampaikan pidato-pidato menghasut yang menyasar umat Islam.
Pendiri Hindutva Watch, Raqib Hameed Naik, mengatakan, selain Modi, daftar juru kampanye terkemuka partai itu termasuk Menteri Dalam Negeri Amit Shah, Menteri Pertahanan Rajnath Singh, Presiden Nasional BJP Jagat Prakash Nadda dan para menteri utama dari beberapa negara bagian besar di India. Nama Hindutva sendiri mengacu pada ideologi nasionalis Hindu yang diusung BJP.
"Mereka merupakan inti dari semua kampanye tersebut," ujar Naik dalam wawancara dengan VOA.
Pemilu yang berlangsung selama enam minggu di India, dan dianggap sebagai pemilu terbesar di dunia, mempertemukan BJP dengan koalisi luas partai-partai oposisi. Pemungutan suara berlangsung hingga 1 Juni, dan hasilnya akan diumumkan pada 4 Juni mendatang.
BACA JUGA: Biksu dan Muslim Tuntut Hak Atas Ladakh di IndiaModi membuat kontroversi pada 21 April lalu ketika ia memperingati para pendukungnya bahwa jika kubu oposisi Kongres Nasional India berkuasa, kubu tersebut akan mendistribusikan kembali kekayaan India kepada para "penyusup" dan "mereka yang mempunyai lebih banyak anak."
Kata "penyusup" sendiri, yang sempat digunakan untuk merujuk kepada pengungsi asal Bengali, sering digunakan oleh kubu sayap kanan nasionalis Hindu di India untuk melabeli warga Muslim di negara tersebut sebagai orang luar. Jumlah Muslim di India sendiri mencapai sekitar 200 juta orang.
Naik, seorang jurnalis Muslim Kashmir yang diasingkan, membentuk Hindutva Watch pada tahun 2021. Bertahun-tahun setelah itu, Hindutva Watch muncul sebagai lembaga yang disegani yang mencatat ujaran kebencian dan kejahatan rasial di India. Tulisannya banyak dikutip oleh outlet berita arus utama.
Walaupun Hindutva telah mencatat hampir 3.000 ujaran kebencian dan kejahatan berlandaskan kebencian, Naik mengatakan jumlah kasus pada musim pemilu kali ini sangat mengejutkan.
"Saya tidak pernah melihat sebelumnya kampanye pemilu yang disertai kebencian sedemikian rupa di level nasional yang menargetkan minoritas Muslim," kata Naik.
Juru bicara BJP di New Delhi dan Kedutaan Besar India di Washington tidak merespons permintaan komentar VOA. [ps/jm/rs]