Libya Berlakukan Keadaan Darurat di Benghazi

  • Edward Yeranian

Warga di Benghazi berlindung di dekat mobil yang terbakar saat terjadi bentrokan hebat antara tentara Libya dan anggota kelompok Islamis Ansar al-Sharia di Benghazi, Libya, Senin (25/11).

Pemerintah Libya hari Senin (25/11) mengumumkan keadaan darurat di kota Benghazi setelah terjadi bentrokan hebat antara tentara Libya dan kelompok Islamis.
Pemerintah Libya hari Senin (25/11) mengumumkan keadaan darurat di kota pelabuhan Benghazi setelah terjadi beberapa bentrokan hebat antara tentara Libya dan anggota-anggota kelompok Islamis yang diyakini berada di balik serangan terhadap misi diplomatik Amerika tahun lalu. Sedikitnya tujuh tentara dilaporkan tewas dan lebih dari 39 orang luka-luka.

Tembakan meriam berat dan tembakan roket menggoncang beberapa bagian Benghazi hari Senin ketika milisi-milisi Islamis melanjutkan pertempuran melawan satu brigade tentara. Stasiun televisi pemerintah Libya menunjukkan korban-korban sipil dalam pertempuran itu dirawat di sebuah rumah sakit Benghazi akibat luka tembak dan luka pecahan peluru.

Sejak Minggu malam pertempuran berlangsung antara pasukan pemerintah dan para pejuang Ansar Al-Sharia – yang anggota-anggotanya dituding oleh pemerintah Amerika terlibat dalam serangan tahun 2012 terhadap konsulatnya di Benghazi yang menewaskan empat warga Amerika – termasuk Duta Besar Amerika Chris Stevens.

Kelompok milisi ini menyerang patroli tentara di dekat sebuah masjid di distrik Birqa Tengah. Sejumlah tentara tewas dalam serangan itu.

Dalam konferensi pers di ibukota Tripoli, bakal Menteri Dalam Negeri Libya Sabri Abdel Karim mengatakan pemerintah menuntut kelompok milisi untuk meninggalkan Benghazi, dan tentara serta polisi Libya berharap bisa menguasai kota itu.

Sabri Abdel Karim mengatakan pertempuran di Benghazi menunjukkan perlunya memberlakukan dekrit pemerintah yang mengharuskan seluruh milisi bersenjata ditarik dari kota dan menyerahkan kontrol kepada polisi dan tentara. Ia menambahkan pasukan bersenjata harus bisa menjalankan fungsi hukum dan menegakkan aturan.

Anggota-anggota Majelis Nasional Libya yang mewakili pemerintah Libya bertemu untuk membahas pertempuran tersebut, mendesak kelompok milisi untuk menarik diri dari kota itu dan kota-kota lain di seluruh Libya. Wakil Ketua DPR Ezzedine Al-Awami mendesak seluruh pihak untuk menggunakan akal sehat dan bertindak secara bertanggungjawab.

Ezzedine Al-Awami menyerukan pemberlakuan resolusi pemerintah yang mengharuskan milisi untuk menarik diri dari kota-kota di Libya. Ia mengajak para pemimpin masyarakat agar terlibat dalam mediasi dengan pihak milisi guna memulihkan ketenangan.

Pertempuran di Benghazi terjadi hanya sehari setelah kunjungan resmi Perdana Menteri Sementara Libya Ali Zeidan ke London, di mana ia bertemu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. Ali Zeidan mengatakan Libya sedang berupaya mencapai demokrasi.

Ali Zeidan mengatakan Libya akan mengakhiri keberadaan milisi bersenjata dan melangkah menuju demokrasi. Ia mengatakan hal itu merupakan jawaban atas tuntutan rakyat Libya yang tewas demi demokrasi.

Di pinggiran ibukota Tripoli, milisi bersenjata yang dilaporkan terkait dengan bekas pemimpin Libya Moammar Gadhafi merebut gudang senjata pemerintah dan menimbulkan kepanikan di sejumlah pemukiman.