Lobsang Sangay, PM Baru Tibet Tamatan Universitas Harvard

  • Kurt Achin

PM baru Tibet, Lobsang Sangay (kiri) bersama pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama di Dharmasala, India (8/8).

Lobsang Sangay merupakan pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis sejak pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama mundur dari politik.

Warga Tibet di pengasingan telah melantik perdana menteri baru. Lobsang Sangay cendekiawan hukum tamatan Harvard, merupakan pemimpin pertama yang menjabat dan terpilih secara demokratis sejak pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama mundur dari politik.

Musik tradisional dan warga yang berbaris mengelu-elukan Dalai Lama dan para pemimpin Tibet di pengasingan lainnya etika mereka memasuki kuil utama Budha di Dharmasala, India, ibukota de fakto pengungsi Tibet selama lebih dari setengah abad.

Pelantikan Lobsang Sangay yang berusia 43 tahun secara resmi memenuhi proses yang disampaikan Dalai Lama bulan Maret lalu, ketika ia mengumumkan akan menyerahkan tugas-tugas politiknya dalam pemerintahan Tibet di pengasingan.

Kisah hidup Dalai Lama yang berusia 76 tahun merupakan perwujudan gerakan Tibet. Puluhan ribu warga Tibet mengikutinya ke pengasingan di India tahun 1959. Struktur seperti pemerintahan yang dibentuknya kini mengurusi kesejahteraan 150 ribu pengungsi dan menjadi landasan utama untuk mendapatkan otonomi dibawah kekuasaan Tiongkok.

Hari Senin, Dalai Lama mengingatkan pengikutnya bahwa demokrasi Tibet harus belajar untuk mandiri.

Menurut Dalai Lama, ia sering mengatakan pemimpin agama seharusnya tidak menjadi pemimpin politik. Ia mengatakan dengan menyerahkan kekuasaan politik, ia menunjukkan bisa mewujudkan apa yang diucapkannya.

Dalam pidato pelantikannya, Lobsang mengatakan “kolonisasi” Tiongkok terhadap Tibet merusak kekuatan moral Tiongkok di panggung dunia, dan harus segera diakhiri.

“Selama hidup kita, perjuangan kebebasan kita akan berhadapan dengan keadilan atau kekalahan. Tibet akan muncul atau lenyap dari peta dunia. Warga Tibet sebagai bangsa akan hidup atau menjadi benda museum,” ujar Lobsang Sangay.

Perdana Menteri yang baru itu atau yang dikenal warga Tibet dengan sebutan “Kalon Tripa” mengatakan ia akan terus mendukung “jalan tengah” yang digagas Dalai Lama. Itu berarti pemerintahannya tidak akan meminta kemerdekaan penuh, namun otonomi dibawah kekuasaan Tiongkok.

Ia mengatakan pemerintahan Tibet di pengasingan tidak mendukung warga Tibet yang berada dibawah kedaulatan Tiongkok untuk melakukan demonstrasi.

Lobsang hari Senin mengulangi pernyataan pemerintahannya bersedia untuk mengadakan dialog dengan Tiongkok “kapan saja, dimana saja”. Pemerintah Tiongkok sejauh ini mengabaikan kemungkinan berunding dengannya. Lobsang menyampaikan terima kasih kepada India karena menampung masyarakat pengungsi Tibet selama lebih dari 50 tahun dan menyerukan kepada India agar terus menjadikan Tibet sebagai “masalah utama” dalam hubungan India-Tiongkok.