Belum lama ini, gubernur California, Gavin Newsom, wajibkan 40 juta warganya untuk tinggal di rumah dan menutup berbagai tempat usaha yang non-essential atau tidak penting, sebagai upaya untuk meredam penyebaran virus corona.
Meskipun masyarakat setempat sudah banyak yang melakukan isolasi dengan sendirinya di rumah masing-masing, hal ini kembali menimbulkan kepanikan.
"Jadi yang tadinya orang ke supermarket seminggu sebelumnya itu udah penuh dan sebagainya udah mulai mereda, udah mulai agak normal, terus begitu ada pengumuman itu, jadi mereka langsung berasumsi bahwa benar-benar akan di lockdown, diisolasi, jadi mereka panik lagi," cerita Endah Redjeki, WNI di Pasadena, California.
Endah menambahkan, sekolah-sekolah di California pun juga sudah ditutup sejak minggu lalu. Para karyawan diminta untuk bekerja dari rumah dan para murid mendapatkan pengajaran melalui online.
Tempat Hiburan dan Restoran Tutup, Pengusaha Restoran Indonesia: "Bisnisnya itu turun sampai 50-70 persen"
Warga Indonesia, Peter Fung Then, pemilik restoran Borneo Kalimantan Cuisine dan tiga restoran lain bernama Uncle Fung Borneo Eatery di wilayah Los Angeles, California ikut merasakan dampak penutupan restoran akibat perebakan virus korona ini.
“Bisnisnya itu turun sampai 50-70 persen gitu," ujar Peter Fung Then kepada VOA Indonesia baru-baru ini.
Peter Fung Then, yang akrab disapa Koh Afung, terpaksa menutup dua restoran Uncle Fung Borneo Eaterynya. Dua diantara empat restorannya masih tetap beroperasi, namun sesuai imbauan, hanya melayani pesan bawa pulang.
"Itu semua meja pun, disuruh bangku diangkat, terus meja semua dipinggirkan. Semua bangku harus dinaikkan. Sampai dari departemen kesehatannya juga telepon kita, make sure kita ikutin prosedur gitu, apa yang di instruksikan, jadi ya kita ikutinlah," kata Koh Afung.
Demi kesejahteraan ke-31 karyawannya, ia lalu membagi jam kerja mereka pada hanya dua restoran miliknya yang masih beroperasi.
"Permasalahannya saya ada empat restoran, karyawan saya banyak. Cuman saya juga prihatin kan, mereka butuh ini, butuh itu," ujar Koh Afung.
“Jadi hari kerjanya atau jam kerjanya jadi berkurang, tapi semua tetap ada pemasukan. Terus saya juga support mereka kayak mereka bisa tetap makan misalnya, ke restoran, terus di stok-in makanan-makananlah jadi mereka enggak perlu beli lagi, tinggal ambil aja," tambahnya.
Kondisi ekonomi yang serba tidak pasti ini yang menurut Koh Afung berdampak khususnya kepada para pengusaha. Ia berharap situasinya akan segera pulih.
"Waduh! Saya rasa kalau ini waktunya panjang yang susah sih pengusaha ya kayaknya. Soalnya kan ada landlord yang ngerti, ada landlord yang enggak mau ngerti, dia tetap minta kan. Apalagi kalau sewanya mahal," jelasnya.
BACA JUGA: Trump Aktifkan Garda Nasional ke California, New York dan WashingtonSelain empat restoran miliknya, Koh Afung baru saja mengambil alih restoran Indonesia, Kasih, yang berlokasi di pusat kota Los Angeles sebagai CEO. Restoran Kasih saat ini tengah tutup, namun di bawah Koh Afung, rencananya akan dibuka kembali tanggal 5 April.
"Sewanya, waduh! Itu berat banget. Kalau enggak sampai pulih, waduh, saya enggak bisa ngomong apa-apa deh."
WNI Pekerja Sektor Informal Juga Rasakan Dampak
Saat ini Endah Redjeki bekerja sebagai Dance Production Specialist di Santa Monica College, di Santa Monica, California. Sehari-harinya, Endah bertanggung jawab di bagian produksi pementasan dan berbagai acara lainnya. Semua acara yang telah dijadwalkan oleh kampus terpaksa dibatalkan, mengingat adanya larangan dan tidak ada kepastian kapan situasi ini akan berakhir.
"Dari pengumuman yang kita dapat dari presiden Santa Monica College itu, semua pembelajaran (dilakukan secara) online, terus kemudian staf dan sebagainya itu diminta untuk tinggal di rumah, itu sampai tanggal 16 Juni, karena tanggal 16 Juni itu adalah akhir semester untuk Santa Monica College," jelas Endah.
Pihak kampus lalu mengimbau para karyawan, termasuk Endah, untuk bekerja dari rumah. Karena memang pekerjaannya berhubungan dengan pertunjukan, kini Endah dihadapi tantangan yang baru.
“Kita lagi mau mencoba cara atau metode baru, misalnya kita bikin kayak semacam live streaming performance, anak-anak tuh (me)nari di masing-masing rumah, dalam arti tuh bentuknya bukan bentuk anak-anak nari langsung kita liat, tapi sudah dalam bentuk semacam video, yang sudah kita edit.”
Kampus Hentikan Kuliah, Mahasiswa Internasional, Termasuk WNI, Bingung Tak Punya Tempat Tingggal
Universitas-universitas di California pun sudah banyak yang menutup kampusnya dan membuka kelas online bagi para mahasiswanya. Sebagian mahasiswa yang tinggal di asrama kampus pun banyak yang dianjurkan atau bahkan diharuskan keluar. Hal ini menimbulkan kebingungan, khususnya bagi mahasiswa internasional yang tidak memiliki tempat tinggal lain, mengingat jauh dari keluarga.
Salah satunya adalah penyanyi Indonesia, Andrea Turk yang tengah kuliah jurusan 'Voice Arts' yang fokus kepada menyanyi di California Institute of the Arts, di Santa Clarita, California.
"Jadi dari awalnya itu, sekolah Andrea, dua minggu yang lalu kira-kira, kirim e-mail tiba-tiba mendadak jam 12 malam, semua bilang, 'school's cancelled,'" semua pada bingung," cerita Andrea Turk kepada VOA baru-baru ini.
Kebanyakan mahasiswa lokal yang tinggal di asrama, akhirnya memilih untuk pulang ke rumah keluarganya masing-masing dan berencana untuk kembali ke kampus di awal April sesuai imbauan dalam e-mail tersebut.
Namun, karena situasi semakin memburuk dan resiko untuk melakukan penerbangan ke negara bagian lain, atau bahkan ke negara lain cukup tinggi karena perebakan virus corona, Andrea menambahkan, banyak mahasiswa yang kebingungan, bahkan merasa stres akan situasi mereka, sehingga untuk saat ini mereka memutuskan untuk tinggal di kampus selagi bisa.
"Ada beberapa orang disini yang memang nggak punya tempat untuk bisa kemana-mana kan. Andrea sendiri nggak punya keluarga di sini," tambahnya.
Untungnya saat ini kampusnya masih memperbolehkan khususnya mahasiswa internasional untuk tinggal di kampus, meskipun masih belum ada kepastian hingga kapan.
“Sekarang ini udah pada mulai kosong sih, kira-kira cuman ada 30 anak mungkin kali ya, karena kafetarianya juga, they serve food, tapi juga udah mulai sedikit makanannya," ujar Andrea dengan cemas.
Sebagai mahasiswa internasional, Andrea sangat bergantung kepada fasilitas kampus, khususnya untuk tempat tinggal dan makanan. Namun, Andrea juga resah mengingat bahwa gedung kampus ini adalah milik negara dan mungkin saja sewaktu-waktu dia harus benar-benar keluar dari asrama.
Pihak kampus Andrea pun melakukan pengembalian sebagian biaya asrama kepada para mahasiswa yang saat ini sudah tidak tinggal di kampus. Bagi Andrea yang masih tinggal, rencana selanjutnya adalah mengirit makanan yang tersedia dan mencari tempat tinggal lain bersama temannya usai semester ini.
"Banyak teman Andrea pada (menawarkan tempat tinggal)," ujarnya.
Hingga artikel ini diterbitkan, jumlah kasus virus korona di Amerika hampir mencapai 41.000 kasus, termasuk hampir 500 korban meninggal dunia. Dari jumlah perebakan di Amerika itu, 1.400 kasus terjadi di California. [di/em]