Hasil resmi awal pemilu parlemen Pakistan keluar pada hari Jumat setelah penundaan dan adanya tuduhan bahwa hasil tersebut dimanipulasi untuk menguntungkan partai-partai yang didukung militer.
Pemungutan suara tersebut berlangsung pada hari Kamis (8/2) di tengah penghentian layanan telepon seluler dan internet secara nasional serta kekerasan sporadis, sehingga memicu keraguan mengenai kredibilitas pemilu yang dianggap kontroversial oleh sebagian kalangan.
Pada Jumat sore (9/2), Komisi Pemilihan Umum Pakistan telah merilis lebih dari separuh hasil perolehan dari 266 kursi Majelis Nasional yang diperebutkan. Hasil itu menunjukkan bahwa sekelompok kandidat independen, yang didukung oleh partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang menaungi mantan Perdana Menteri Imran Khan yang dipenjara, tampil lebih baik dari yang diperkirakan.
Para kandidat yang berafiliasi dengan PTI telah memperoleh 61 kursi, sementara kandidat dari Liga Muslim Pakistan-Nawaz, atau PML-N, yang dipimpin oleh mantan perdana menteri tiga kali Nawaz Sharif, telah memenangkan 43 kursi. Sharif dipandang sebagai favorit militer yang kuat.
Partai Rakyat Pakistan, yang dipimpin oleh Bilawal Bhutto Zardari, meraih 38 kursi, sedangkan sisanya terbagi oleh partai-partai regional yang lebih kecil.
Lebih dari 5.000 kandidat mencalonkan diri untuk 266 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 342 orang. Sekitar 12.600 kandidat mencalonkan diri untuk kursi majelis di empat provinsi di Pakistan.
Jumlah pemilih terdaftar lebih dari 128 juta, namun KPU Pakistan belum menentukan berapa banyak yang benar-benar menggunakan hak suara mereka pada pemilu hari Kamis tersebut. [lt/ab]