Macron Bela RUU Pensiun, Protes Meluas di Prancis

Presiden Prancis Emmanuel Macron terlihat di layar televisi selama wawancara dari Istana Elysee, di Paris, 22 Maret 2023.

Para pekerja Prancis yang marah dengan kenaikan usia pensiun memblokir akses ke sebuah terminal di bandara Roissy-Charles De Gaulle Paris, Kamis (23/3), sebagai bagian dari protes nasional satu hari, yang memaksa sebagian pelancong tiba ke tempat itu dengan berjalan kaki.

Pengunjuk rasa memblokir Terminal 1 di Bandara Paris Charles de Gaulle, sebagai bagian dari aksi mogok dan protes nasional terhadap reformasi pensiun pemerintah Prancis, di Roissy-en-France, Prancis, 23 Maret 2023 (CGT Roissy CDG Aeroport/ Twitter @CgtULCdg/via REUTERS)

Layanan kereta api terganggu dan beberapa sekolah tutup, sampah menumpuk di jalan-jalan dan aliran listrik diputus sementara serikat pekerja meningkatkan tekanan terhadap pemerintah untuk mencabut legislasi yang memundurkan dua tahun usia pensiun menjadi 64.

Gumpalan asap terlihat membubung dari tumpukan puing-puing yang dibakar yang menghalangi lalu lintas di jalan raya dekat Toulouse, Prancis Barat daya. Sementara itu pemogokan pekerja sempat menutup jalan-jalan di berbagai kota lainnya.

Protes spontan di dekat terminal satu Roissy tidak akan berdampak pada penerbangan, kata juru bicara Aeroports de Paris.

Berbagai demonstrasi dijadwalkan berlangsung di berbagai penjuru Prancis pada siang harinya. Sementara itu protes juga menargetkan depot-depot minyak dan memblokir terminal gas alam cair di Dunkirk, kota di utara.

Presiden Emmanuel Macron, Rabu (22/3) mengatakan legislasi, yang didesakkan pemerintah ke parlemen tanpa pemungutan suara pekan lalu, akan mulai berlaku pada akhir tahun ini terlepas dari kemarahan di berbagai penjuru negara itu.

“Respons terbaik yang dapat kami berikan kepada presiden adalah bahwa ada jutaan orang yang mogok dan turun di jalan-jalan,” kata Philippe Martinez, yang memimpin serikat pekerja garis keras CGT.

BACA JUGA: Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Pengunjuk Rasa Setelah Mosi Tidak Percaya Pemerintahan Macron Gagal Disahkan

Protes terhadap perubahan kebijakan, yang juga mempercepat rencana peningkatan jumlah tahun seseorang harus bekerja untuk mendapatkan pensiun secara penuh, telah menarik kedatangan massa dalam jumlah besar.

Kemarahan meningkat

Sebagian besar protes berlangsung damai. Tetapi kemarahan meningkat sejak pemerintah memaksakan lolosnya legislasi itu di parlemen tanpa melalui pemungutan suara pekan lalu.

Selama tujuh malam terakhir, para demonstran hadir secara spontan di Paris dan kota-kota lain dengan membakar tong sampah dan berkelahi dengan polisi.

Penumpang kereta api berjalan di peron stasiun kereta api Saint-Lazare pada hari kesembilan pemogokan nasional dan protes di Paris, Prancis, 23 Maret 2023. (REUTERS/Lucien Libert)

Laurent Berger, ketua serikat pekerja terbesar Prancis, CFDT yang moderat, mengatakan kepada TV BFM pemerintah harus mencabut undang-undang pensiun itu. Pernyataan Macron “meningkatkan kemarahan,” ujarnya.

Gelombang protes terbaru itu merupakan tantangan paling serius bagi kewenangan presiden sejak revolusi “Rompi Kuning” empat tahun silam. Berbagai jajak pendapat menunjukkan mayoritas luas rakyat Prancis menentang legislasi pensiun maupun keputusan pemerintah untuk mendesakkannya ke parlemen tanpa melalui pemungutan suara.

BACA JUGA: Abaikan Parlemen, Macron Berlakukan RUU Reformasi Pensiun Prancis

Menteri Tenaga Kerja Olivier Dussopt mengatakan pemerintah tidak menyangkal ada ketegangan tetapi ingin terus melangkah maju.

“Ada perselisihan pendapat yang akan bertahan mengenai usia pensiun. Di sisi lain, ada banyak subjek yang memungkinkan untuk memulai kembali dialog,” katanya, yang mencakup bagaimana perusahaan membagikan keuntungan mereka dengan para karyawan.

“Semua akan dilakukan secara bertahap,” ujarnya. [uh/ab]