Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada Rabu (26/10), berjanji untuk menerapkan perubahan kebijakan pensiun – sebuah isu yang diperdebatkan di Prancis – sehingga generasi muda bisa bekerja lebih lama sebelum bisa pensiun.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan France 2 television pada Rabu malam, Macron mengatakan bahwa perubahan, yang akan meningkatkan usia pensiun minimum secara bertahap dari 62 menjadi 65 tahun pada 2031, akan mulai diterapkan tahun depan.
“Ini yang kita butuhkan,” kata Macron.
Pernyataan Macron itu disampaikan ketika aliansi sentrisnya kehilangan suara mayoritas di parlemen pada Juni lalu, sehingga mempersulit pemerintahannya untuk meloloskan agenda legislasi secara konvensional di majelis rendah parlemen. Sebagian besar partai oposisi, seperti halnya serikat-serikat kerja, menentang perubahan kebijakan pensiun tersebut.
Macron juga menawarkan diri untuk bersekutu dengan anggota parlemen dari partai konservatif The Republicans untuk bisa menggolkan agenda reformasi dalam negeri di parlemen, termasuk perubahan kebijakan pensiun.
Awal pekan ini, pemerintahannya selamat dari tiga mosi tidak percaya yang dilayangkan beberapa anggota parlemen dari sayap kiri dan sayap kanan ekstrem, yang memprotes penggunaan kekuatan konstitusional khusus untuk memaksa pengesahan RUU APBN melalui Majelis Nasional.
Usulan perombakan kebijakan pensiun sempat memicu aksi mogok dan unjuk rasa di seantero negeri pada akhir 2019, pada periode pertama pemerintahan Macron. Pemerintahnya kemudian memutuskan untuk menunda perdebatan itu di tengah pandemi COVID-19.
Macron kemudian terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya pada April lalu. [rd/jm]