Sejumlah majalah perempuan Muslim beredar di Amerika. Seorang perempuan Muslim asal Indonesia bahkan sempat tampil di sampul salah satu majalah tersebut.
WASHINGTON DC —
Nana Firman, begitu nama perempuan itu. Nana, bukan nama baru di dunia lingkungan. Aktivis ini sudah lama menyuarakan kepedulian lingkungan di forum nasional dan internasional. Nana juga tercatat sebagai advokat lingkungan di Climate Project – organisasi non-profit internasional yang dibentuk oleh mantan wakil presiden Amerika dan peraih Nobel, Al Gore.
“Kebetulan majalah Azizah untuk isu kali ini mengangkat tema green dan sustainability. Dengan tampilnya saya di Azizah, saya ingin mengatakan kepada dunia bahwa perempuan Muslim juga perduli isu-isu lingkungan dan kita telah banyak melakukan gerakan kepedulian lingkungan dengan masyarakat, yang memang ini sesuai ajaran Islam,” kata Nana Firman.
Nana, yang telah setahun menikah dengan seorang pria Amerika dan kini menetap di San Diego, seperti halnya banyak perempuan Muslim tidak hanya menyukai dunia mode dan masak-memasak. Mereka juga tak ingin ketinggalan, dalam perkembangan masalah ekonomi, politik, budaya dan sosial, termasuk lingkungan. Di Amerika, dimana pandangan progresif sering menjadi acuan, ini tak terkecuali.
Tak mengherankan, dewasa ini, banyak pengusaha majalah – termasuk jenis internet – juga melirik pangsa pasar perempuan Muslim. Bahkan tak sedikit yang mengkhususkan diri sebagai forum bagi perempuan Muslim.
Najma Mohammed adalah kontributor Azizah, sebuah majalah khusus untuk perempuan Muslim yang tidak hanya tampil dalam edisi cetak tapi juga internet. Menurutnya, Azizah merupakan publikasi unik yang ditujukan untuk mendiskusikan masalah, prestasi dan kepentingan perempuan Muslim di Amerika Utara. Majalah ini juga dibuat untuk meluruskan citra Islam.
“Dewasa ini ada banyak kesalahpahaman antara dunia Muslim dan Amerika. Apa yang bisa dilakukan kaum Muslim di Amerika adalah menunjukkan bahwa Islam adalah agama kedamaian dan bahwa Islam juga adalah bagian dari Amerika,"kata Najma Mohammed.
Majalah Azizah didirikan sejak tahun 1999. Majalah yang seluruh stafnya perempuan Muslim ini dicetak 5.000 eksemplar setiap penerbitan dan sudah memiliki lebih dari 3000 pelanggan tetap. Dengan perkembangan seperti ini, tak mengejutkan bila menurut Najma Mohammed, Azizah adalah katalis untuk pemberdayaan perempuan Muslim di Amerika.
Majalah perempuan Muslim yang juga populer di Amerika adalah Muslim Girl. Ausma Khan, mantan aktivis HAM dan pengacara, yang kini menjabat pemimpin redaksi majalah ini, menjelaskan alasan pendirian majalah ini.
“Gagasan pendirian majalah ini muncul dari pemikiran, apa yang sebetulnya dibutuhkan perempuan Muslim dan apa tantangan dan prioritas mereka. Ini adalah kelompok yang kurang terwakili, sehingga akhirnya kami mendirikan majalah untuk menampung aspirasi mereka,” kata Ausma Khan.
Seperti halnya majalah perempuan pada umumnya, salah satu aspek yang banyak disorot dalam majalah Muslim Girl adalah dunia mode. Majalah ini sering menampilkan rancangan-rancangan busana yang bernafaskan Islam.
“Perempuan Muslim di Amerika Utara seperti halnya perempuan Amerika atau Kanada pada umumnya, sangat tertarik pada dunia mode. Mereka ingin tampil trendi dan modis namun masih dalam batas-batas yang diajarkan agama mereka. Sangat sulit bagi mereka menemukan ide-ide rancangan, dan untuk itulah kami hadir,” papar Khan.
Yang menarik dari majalah yang juga tampil dalam edisi internet ini, dengan biaya berlangganan sekitar Rp 180.000 untuk enam edisi bulanan, para pengunjungnya bisa mendapatkan berbagai tips khas remaja yang berkenaan dengan kehidupan bersekolah atau artikel-artikel wisata. Situs ini juga memiliki kolom yang disebut GirlSpace yang mengajak kaum perempuan untuk pergi ke masjid dan menjadikan masjid lebih ramah terhadap perempuan.
Majalah perempuan Muslim yang yang tak kalah populer di Amerika adalah Sisters. Majalah internet yang berkantor pusat di Inggris ini banyak menyuarakan pandangan Muslim progresif dan dengan jaringan yang lebih mendunia. Kantor-kantor cabang mereka tersebar dari Amerika Serikat, Timur Tengah hingga Eropa. Banyak penulis pendukung majalah itu merupakan tokoh-tokoh Muslim yang suaranya banyak diperhitungkan di dunia.
“Kebetulan majalah Azizah untuk isu kali ini mengangkat tema green dan sustainability. Dengan tampilnya saya di Azizah, saya ingin mengatakan kepada dunia bahwa perempuan Muslim juga perduli isu-isu lingkungan dan kita telah banyak melakukan gerakan kepedulian lingkungan dengan masyarakat, yang memang ini sesuai ajaran Islam,” kata Nana Firman.
Nana, yang telah setahun menikah dengan seorang pria Amerika dan kini menetap di San Diego, seperti halnya banyak perempuan Muslim tidak hanya menyukai dunia mode dan masak-memasak. Mereka juga tak ingin ketinggalan, dalam perkembangan masalah ekonomi, politik, budaya dan sosial, termasuk lingkungan. Di Amerika, dimana pandangan progresif sering menjadi acuan, ini tak terkecuali.
Tak mengherankan, dewasa ini, banyak pengusaha majalah – termasuk jenis internet – juga melirik pangsa pasar perempuan Muslim. Bahkan tak sedikit yang mengkhususkan diri sebagai forum bagi perempuan Muslim.
Najma Mohammed adalah kontributor Azizah, sebuah majalah khusus untuk perempuan Muslim yang tidak hanya tampil dalam edisi cetak tapi juga internet. Menurutnya, Azizah merupakan publikasi unik yang ditujukan untuk mendiskusikan masalah, prestasi dan kepentingan perempuan Muslim di Amerika Utara. Majalah ini juga dibuat untuk meluruskan citra Islam.
“Dewasa ini ada banyak kesalahpahaman antara dunia Muslim dan Amerika. Apa yang bisa dilakukan kaum Muslim di Amerika adalah menunjukkan bahwa Islam adalah agama kedamaian dan bahwa Islam juga adalah bagian dari Amerika,"kata Najma Mohammed.
Majalah Azizah didirikan sejak tahun 1999. Majalah yang seluruh stafnya perempuan Muslim ini dicetak 5.000 eksemplar setiap penerbitan dan sudah memiliki lebih dari 3000 pelanggan tetap. Dengan perkembangan seperti ini, tak mengejutkan bila menurut Najma Mohammed, Azizah adalah katalis untuk pemberdayaan perempuan Muslim di Amerika.
Majalah perempuan Muslim yang juga populer di Amerika adalah Muslim Girl. Ausma Khan, mantan aktivis HAM dan pengacara, yang kini menjabat pemimpin redaksi majalah ini, menjelaskan alasan pendirian majalah ini.
“Gagasan pendirian majalah ini muncul dari pemikiran, apa yang sebetulnya dibutuhkan perempuan Muslim dan apa tantangan dan prioritas mereka. Ini adalah kelompok yang kurang terwakili, sehingga akhirnya kami mendirikan majalah untuk menampung aspirasi mereka,” kata Ausma Khan.
Seperti halnya majalah perempuan pada umumnya, salah satu aspek yang banyak disorot dalam majalah Muslim Girl adalah dunia mode. Majalah ini sering menampilkan rancangan-rancangan busana yang bernafaskan Islam.
“Perempuan Muslim di Amerika Utara seperti halnya perempuan Amerika atau Kanada pada umumnya, sangat tertarik pada dunia mode. Mereka ingin tampil trendi dan modis namun masih dalam batas-batas yang diajarkan agama mereka. Sangat sulit bagi mereka menemukan ide-ide rancangan, dan untuk itulah kami hadir,” papar Khan.
Yang menarik dari majalah yang juga tampil dalam edisi internet ini, dengan biaya berlangganan sekitar Rp 180.000 untuk enam edisi bulanan, para pengunjungnya bisa mendapatkan berbagai tips khas remaja yang berkenaan dengan kehidupan bersekolah atau artikel-artikel wisata. Situs ini juga memiliki kolom yang disebut GirlSpace yang mengajak kaum perempuan untuk pergi ke masjid dan menjadikan masjid lebih ramah terhadap perempuan.
Majalah perempuan Muslim yang yang tak kalah populer di Amerika adalah Sisters. Majalah internet yang berkantor pusat di Inggris ini banyak menyuarakan pandangan Muslim progresif dan dengan jaringan yang lebih mendunia. Kantor-kantor cabang mereka tersebar dari Amerika Serikat, Timur Tengah hingga Eropa. Banyak penulis pendukung majalah itu merupakan tokoh-tokoh Muslim yang suaranya banyak diperhitungkan di dunia.