Atlet terkenal yang beralih menjadi politisi, Imran Khan, berada paling depan dalam pemilihan perdana menteri Pakistan mendatang. Tetapi pemilu nasional 25 Juli itu dirusak persepsi dan tuduhan yang tersebar luas bahwa militer yang kuat ikut campur dalam proses demokrasi atas namanya, supaya Partai Khan, Tehreek-e-Insaf (PTI) Pakistan menang.
Setiap hari Imran Khan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Pakistan untuk mengadakan rapat umum pemilu sambil menggalang dukungan bagi Partai Tehreek-e-Insaf (PTI) Pakistan. Lulusan Oxford University, Khan, usia 65 tahun, menarik massa, umumnya pemuda Pakistan yang berpendidikan.
Jajak pendapat terbaru menempatkan partai Khan sedikit unggul atau tepat di belakang saingan utamanya, partai Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) pimpinan perdana menteri tersingkir, Nawaz Sharif. Tapi partai itu jauh di depan Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang pernah menjadi kekuatan tangguh politik nasional.
βIni persiapan terbaik yang pernah saya lakukan, yang partai saya lakukan, untuk mengikuti pemilu dalam 22 tahun terakhir. Jadi, kami merasa, peluang kami sangat bagus," ujar Khan.
Dalam kampanye, Khan berjanji akan menindak korupsi dalam pemerintahan, menerapkan program anti-kemiskinan, memperbaiki kesehatan dan pendidikan dan menjadikan Pakistan sebagai negara Islam yang sejahtera.
Setelah Mahkamah Agung menurunkan Sharif dari jabatannya tahun lalu atas dugaan korupsi, peluang politik Khan meningkat.
Partai Sharif dan kelompok-kelompok lain menuduh Khan berkolusi dengan militer dalam memaksakan pengadilan kasus-kasus korupsi "bermotif politik" untuk menjatuhkan saingan politiknya.
Khan menyangkal itu dan menuding Sharif melakukan kampanye propaganda menentangnya. Mantan atlet terkenal kriket itu mengatakan hanya perusahaan-perusahaan asing, dan tidak ada entitas negara Pakistan, yang mengungkap aset-aset Sharif yang dicurigai di luar negeri.
"Jadi, namanya ada dalam dokumen Panama yang bocor dan akhirnya ia dinyatakan bersalah melakukan korupsi miliaran rupee, pencucian uang keluar dari Pakistan dan ia menyalahkan militer seolah itu semacam konspirasi melawannya dan karena saya menyeretnya ke pengadilan dan saya memenangkan kasus melawannya maka ia berpikir saya terlibat dalam konspirasi itu,β imbuh Khan.
Pejabat-pejabat militer membantah mencampuri proses demokrasi, dan menyatakan berusaha mendukung penyelenggara sipil mengadakan pemilu yang "bebas dan adil" dalam lingkungan yang aman.
Tetapi pemantau independen menyatakan prihatin atas dugaan "rekayasa politik" oleh militer.
I.A Rehman pada komisi HAM Pakistan mengatakan, "Ini pemilu paling sengit dalam sejarah kita. Ini juga pemilu paling kotor. Kami sangat ragu pemilu akan bebas dan adil."
Meskipun ada tuduhan militer Pakistan membantunya, kampanye anti-korupsi Khan tampaknya disambut luas - terutama oleh kalangan muda Pakistan yang menuntut perubahan. [ka/ii]