Mantan Jaksa Agung AS: Dakwaan terhadap Trump 'Sangat Berat' 

Mantan Jaksa Agung AS William Barr

William Barr, mantan pejabat tinggi penegakan hukum pada akhir masa kepresidenan Presiden AS Donald Trump, Minggu (11/6) mengatakan dakwaan pidana yang menuduh Trump secara ilegal menyimpan dokumen keamanan nasional yang sangat rahasia ketika ia meninggalkan jabatannya pada tahun 2021 adalah “sangat, sangat memberatkan.”

Namun, anggota Partai Republik lainnya yang membela Trump mengatakan dakwaan itu adalah serangan politik yang tidak beralasan untuk mencegahnya memenangkan kembali Gedung Putih dalam pemilihan presiden 2024.

"Seandainya setengah saja dari tuduhan itu benar, habislah Trump. Maksud saya, dakwaan ini sangat rinci," kata Barr, jaksa agung Trump pada 2019 dan 2020, kepada acara "Fox News Sunday". "Gagasan bahwa Trump adalah korban perburuan orang-orang yang bermaksud jahat sangat menggelikan."

BACA JUGA: Trump Kumpulkan Pendukung usai Pengumuman Dakwaan Baru

Barr menambahkan, "Kita di sini tidak bisa melupakan bahwa semua ini terjadi karena perilaku sembrono presiden" dengan membawa lebih dari 300 dokumen rahasia bersamanya ke kediaman Mar-a-Lago di Florida ketika masa jabatannya sebagai presiden berakhir dan meninggalkan Washington, ketimbang menyerahkannya ke Arsip Nasional, seperti yang diwajibkan oleh hukum.

“Ia benar-benar salah kalau berpendapat ia berhak memiliki dokumen-dokumen itu,” kata Barr. “Dokumen-dokumen itu adalah salah satu rahasia paling sensitif yang dimiliki negara ini. Dokumen tersebut harus berada di bawah pengawasan pengarsip. Ia tidak berhak mempertahankannya, dan ia menyimpannya dengan sebuah cara di Mar-a-Lago sehingga siapa pun yang peduli dengan keamanan nasional, akan mual melihatnya.

Trump, yang menyatakan dirinya tidak bersalah, beberapa kali menyimpan beberapa dokumen di kamar mandi, kamar tidur, dan panggung ballroom, menurut foto-foto dalam surat dakwaan itu.

Dewan juri federal di Miami pekan lalu mengajukan 37 dakwaan terhadap Trump, menuduhnya "dengan sengaja menyimpan" 31 dokumen pertahanan nasional, bersama enam dakwaan lainnya, termasuk menghalangi keadilan, menyembunyikan dokumen sehingga pengacaranya sendiri tidak bisa melihatnynya dan membuat pernyataan palsu kepada para penyelidik pemerintah. [my/jm]