Mantan Pejabat Keamanan Nasional: Bocornya Salinan Pembicaraan Trump akan Berdampak Lama

Presiden Donald Trump melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Ruang Oval, Gedung Putih, 28 Januari 2017. (Foto:dok)

Beberapa mantan anggota senior Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan terkejut atas apa yang mereka sebut sebagai bocornya transkrip pembicaraan telepon antara Presiden Donald Trump dan pemimpin-pemimpin Australia dan Meksiko, dan khawatir akan dampak kebocoran dokumen itu dalam jangka panjang terhadap diplomasi Amerika.

Salinan pembicaraan yang dipublikasikan oleh suratkabar Washington Post hari Kamis (3/8), mengungkapkan bahwa Trump terlibat dalam pembahasan langsung dan kerap terlibat perdebatan dengan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull pada masa awal pemerintahannya.

Ini adalah kebocoran pembicaraan pribadi Trump terbaru yang memalukan dengan pemimpin-pemimpin negara asing. Sejak menjadi presiden, beberapa bagian pembicaraan Trump dengan pemimpin Rusia, Inggris, Jerman dan Filipina juga telah bocor ke media.

Faktanya beberapa bagian pembicaraan Trump dengan Pena Nieto dan Turnbull sudah bocor tak lama setelah pembicaraan melalui telepon itu terjadi Januari lalu. Tetapi salinan lengkap yang dikeluarkan itu menunjukkan adanya peningkatan, karena dokumen-dokumen itu sangat rahasia dan hanya bisa diakses oleh pejabat-pejabat tinggi, demikian ujar seorang anggota Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

"Ini adalah dokumen yang sangat rahasia dan Anda tidak bisa memperoleh dokumen seperti ini dengan mudah," ujar Shamila Chaudhary, Direktur Dewan Keamanan Nasional Untuk Pakistan dan Afghanistan tahun 2010-2011. "Ini berarti seseorang melakukan upaya yang cukup bear untuk mencetak dan menyerahkan pada seseorang atau menyerahkan pada seseorang untuk mencetak dan mengkopinya."

Pembicaraan telepon antara presiden dan pemimpin-pemimpin negara lain umumnya dikoordinasikan dengan bantuan Dewan Keamanan Nasional, yang terdiri dari ratusan spesialis keamanan nasional yang terutama merupakan pejabat karir dari beberapa badan lain yang memberi nasehat kebijakan luar negeri pada presiden, dan seringkali membantu presiden dalam fungsi-fungsi diplomasi.

Biasanya hanya segelintir penasehat presisden dan direktur senior Dewan Keamanan Nasional yang duduk bersama presiden dalam pembicaraan telepon semacam itu di Oval Office. Satu atau dua staff akan menyalin pembicaraan itu di Situation Room. Jika diperlukan, seorang penerjemah juga kadang-kadang hadir.

Salinan itu kemudian dikaji dan didistribusikan pada hanya 10-20 pemimpin Gedung Putih, demikiran perkiraan mantan pejabat itu. Jika relevan, salinan itu juga dibagikan pada sekitar 20-30 pemimpin senior di badan-badan lain seperti Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan atau CIA.

"Sirkulasi ini cukup terbatas," ujar Mark Feierstein, mantan direktur senior lain di Dewan itu. "Beberapa orang di Gedung Putih akan melihat dokumen itu dan kemudian disampaikan pada anggota kabinet. Tetapi di departemen-departemen lain akan sangat terbatas," tambahnya.

Bahkan bagi banyak mantan staff Dewan Keamanan Nasional yang kerap mengkritisi Trump, kebocoran dokumen ini merupakan pelanggaran besar yang bisa berdampak lama pada diplomasi Amerika. (em)