Mantan Perdana Menteri Jepang Taro Aso berangkat ke Seoul, Rabu (2/11), untuk bertemu dengan sejumlah pejabat Korea Selatan dalam usaha melunakkan hubungan yang kian tegang antara kedua negara terkait masalah kekejaman Jepang pada masa perang.
Perselisihan antara kedua negara dipicu oleh putusan pengadilan Korea Selatan pada tahun 2018 yang memerintahkan sejumlah perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada para pekerja paksa Korea di masa perang. Pemerintah Jepang dan perusahaan-perusahaan itu menolak untuk mematuhi keputusan tersebut, dengan mengatakan semua masalah kompensasi telah diselesaikan di bawah perjanjian normalisasi tahun 1965 dan menuduh Korea Selatan melanggar hukum internasional.
BACA JUGA: Korsel Ingin Tinjau Kembali Perjanjian Terkait 'Perempuan Penghibur'Namun hubungan tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak pemerintahan konservatif Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengambil alih kekuasaan pada Mei.
Hubungan yang tegang antara Jepang dan Korea Selatan sekutu-sekutu utama AS di Asia, dikhawatirkan bisa mengganggu kerja sama keamanan mereka di kawasan Indo-Pasifik yang menghadapi ancaman yang meningkat dari China dan Korea Utara.
Tidak jelas mengapa Aso ditunjuk untuk menjalankan misi ini mengingat bisnis keluarga Aso pada masa perang dilaporkan memanfaatkan pekerja paksa.
Pada tahun 2008, sebuah dokumen masa perang terungkap dan menunjukkan bahwa para pekerja paksa Korea digunakan di tambang kakek Aso.
Aso sendiri bersikap bungkam ketika Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang mengakui bahwa dokumen masa perang lainnya menunjukkan bahwa tambang keluarga Aso di Fukuoka, Jepang Selatan, juga menggunakan 300 tahanan Inggris, Belanda, dan Australia dari April 1945 hingga Jepang menyerah empat bulan kemudian.
Perjalanan itu dilakukan beberapa hari setelah tragedi pesta Halloween di ibu kota Korea Selatan, Seoul, yang menewaskan lebih dari 150 orang. Presiden Yoon mengumumkan masa berkabung nasional hari Minggu.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan Aso tidak mewakili pemerintah, tetapi mengunjungi Korea Selatan sebagai kepala organisasi persahabatan nonpartisan Jepang-Korea Selatan yang terdiri dari perwakilan politik dan bisnis.
Aso menolak untuk mengonfirmasi laporan bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Presiden Yoon, dan Matsuno membantah bahwa Aso membawa surat Perdana Menteri Fumio Kishida kepada Yoon.
Kantor berita Kyodo melaporkan, sejumlah parlemen yang dipimpin politisi berpengalaman, Fukushiro Nukaga, juga akan mengunjungi Korea Selatan untuk meningkatkan persahabatan antara kedua negara bertetangga itu.
Nukaga diperkirakan akan bertemu dengan Yoon pada hari Jumat, sementara laporan-laporan media mengatakan pertemuan Aso dengan pemimpin Korea Selatan itu juga sedang diatur. [ab/uh]