Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian mengimbau Polri untuk introspeksi diri terkait beberapa kasus penembakan terhadap polisi akhir-akhir ini.
JAKARTA —
Dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (13/9), dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Bambang Widodo Umar mengatakan, bangsa Indonesia prihatin dan berduka atas berbagai penembakan terhadap polisi, bahkan diantaranya ditembak hingga tewas.
Meski demikian, ujarnya, pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) harus melakukan introspeksi diri.
“Dengan kasus-kasus penembakan anggota polisi yang begitu masif, Polri perlu mawas diri, introspeksi ke dalam. Dalam arti, terimalah masukan-masukan dari masyarakat secara jujur, tidak berkelit-kelit, tetapi analisislah dengan sungguh-sungguh bahwa di dalam dirinya pasti masih ada kekurangan," kata Bambang.
Menurut kriminolog dan anggota Komisi Kepolisian Nasional, Adrianus Meliala, terus meningkatnya jumlah polisi di Indonesia yang otomatis meningkatkan kinerja kepolisian, membuat beberapa pihak terkejut dan melakukan perlawanan. Meski belum diketahui pelaku dan motif penembakan-penembakan terhadap anggota polisi, ditambahkannya kemungkinan polisi saat ini menjadi incaran kelompok yang merasa terkejut.
“Polisi banyak sekali dikritik ya dan bahkan sudah mencapai level menjadi musuh masyarakat. Saya kira ini juga karena polisi makin kuat dewasa ini, dibandingkan 10 tahun lalu. Betapapun anggarannya itu terbatas, tetapi sebetulnya sudah mengalami penguatan di berbagai hal," kata Adrianus Meliala.
Menurut Adrianus, pada 2003 anggota Polri baru mencapai angka 200 ribu, dan sekarang sudah 400 ribu. Artinya, dulu tempat-tempat yang tidak ada polisinya dan ketika orang berbuat kejahatan macam-macam tidak terawasi, sekarang terawasi, ujarnya.
"Jadi ada semacam reaksi balik dari masyarakat, ketika polisi mulai menerapkan kegiatan kepolisiannya. Maka ada yang marah, ada yang kesal, ada yang mungkin nggak puas dan seterusnya. Ini adalah sebuah fenomena yang masih akan terus terjadi ketika masyarakatnya belum siap," jelas Adrianus.
Ia menambahkan, apabila kemudian polisi dijadikan sebagai bulan-bulanan, pihakya berharap agar polisi tidak berubah.
"Justru pada saat yang lain kita-kita juga 'kan yang mengharapkan polisi tegas, tidak main pilih kasih dan seterusnya,” imbuh Adrianus.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPR RI, komisi yang membidangi masalah kepolisian, Gede Pasek Suardika menilai, kekecewaan masyarakat terhadap polisi selama ini sebaiknya tidak menghentikan dukungan terhadap kepolisian. Ia juga menilai polisi tidak siap dengan berbagai kasus penembakan akhir-akhir ini.
“Karena selama ini siapnya untuk (me)nangkap dan (me)nembak orang, jadi ketika diserang balik memang menjadi sedikit kaget khususnya mereka yang memang tugas tidak dibidang itu," jelas Suardika.
"Polisi itu kan sangat banyak termasuk polisi lalu lintas. Polisi itu kan milik kita, harus tetap kita dukung. Yang terpenting, kurangi juga kesenjangan yang ada di polisi, sehingga mereka yang ada di level bawah tidak sampai sibuk-sibuk mencari side job, tapi yang di atas juga sibuk untuk meningkatkan pendapatan dengan cara side job juga," tambahnya.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri, Irjen Polisi Ronny F Sompie mengatakan, polisi terbuka dalam menerima masukan dari siapapun dan polisi tetap introspeksi diri.
“Polisi tentu tidak resisten terhadap perbaikan-perbaikan, koreksi, teguran. Tentu polisi harus memperbaiki diri, memperbaiki kulturnya terutama agar bisa prima melakukan pelayanan terbaik kepada masyarakat," kata Irjen Pol Ronny F Sompie.
"Perbaikan struktural itu sebenarnya sudah dilaksanakan tahun 2010, dan kita tinggal menindaklanjuti. Untuk pengungkapan kasus, tetap menjadi janji kami, Polri, untuk bisa segera menyampaikan kepada masyarakat. Kami akan mengungkap semua kasus yang terjadi, tapi juga kami berharap masyarakat juga membantu Polri, minimal memberikan masukan, ” jelasnya.
Meski demikian, ujarnya, pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) harus melakukan introspeksi diri.
“Dengan kasus-kasus penembakan anggota polisi yang begitu masif, Polri perlu mawas diri, introspeksi ke dalam. Dalam arti, terimalah masukan-masukan dari masyarakat secara jujur, tidak berkelit-kelit, tetapi analisislah dengan sungguh-sungguh bahwa di dalam dirinya pasti masih ada kekurangan," kata Bambang.
Menurut kriminolog dan anggota Komisi Kepolisian Nasional, Adrianus Meliala, terus meningkatnya jumlah polisi di Indonesia yang otomatis meningkatkan kinerja kepolisian, membuat beberapa pihak terkejut dan melakukan perlawanan. Meski belum diketahui pelaku dan motif penembakan-penembakan terhadap anggota polisi, ditambahkannya kemungkinan polisi saat ini menjadi incaran kelompok yang merasa terkejut.
“Polisi banyak sekali dikritik ya dan bahkan sudah mencapai level menjadi musuh masyarakat. Saya kira ini juga karena polisi makin kuat dewasa ini, dibandingkan 10 tahun lalu. Betapapun anggarannya itu terbatas, tetapi sebetulnya sudah mengalami penguatan di berbagai hal," kata Adrianus Meliala.
Menurut Adrianus, pada 2003 anggota Polri baru mencapai angka 200 ribu, dan sekarang sudah 400 ribu. Artinya, dulu tempat-tempat yang tidak ada polisinya dan ketika orang berbuat kejahatan macam-macam tidak terawasi, sekarang terawasi, ujarnya.
"Jadi ada semacam reaksi balik dari masyarakat, ketika polisi mulai menerapkan kegiatan kepolisiannya. Maka ada yang marah, ada yang kesal, ada yang mungkin nggak puas dan seterusnya. Ini adalah sebuah fenomena yang masih akan terus terjadi ketika masyarakatnya belum siap," jelas Adrianus.
Ia menambahkan, apabila kemudian polisi dijadikan sebagai bulan-bulanan, pihakya berharap agar polisi tidak berubah.
"Justru pada saat yang lain kita-kita juga 'kan yang mengharapkan polisi tegas, tidak main pilih kasih dan seterusnya,” imbuh Adrianus.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPR RI, komisi yang membidangi masalah kepolisian, Gede Pasek Suardika menilai, kekecewaan masyarakat terhadap polisi selama ini sebaiknya tidak menghentikan dukungan terhadap kepolisian. Ia juga menilai polisi tidak siap dengan berbagai kasus penembakan akhir-akhir ini.
“Karena selama ini siapnya untuk (me)nangkap dan (me)nembak orang, jadi ketika diserang balik memang menjadi sedikit kaget khususnya mereka yang memang tugas tidak dibidang itu," jelas Suardika.
"Polisi itu kan sangat banyak termasuk polisi lalu lintas. Polisi itu kan milik kita, harus tetap kita dukung. Yang terpenting, kurangi juga kesenjangan yang ada di polisi, sehingga mereka yang ada di level bawah tidak sampai sibuk-sibuk mencari side job, tapi yang di atas juga sibuk untuk meningkatkan pendapatan dengan cara side job juga," tambahnya.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri, Irjen Polisi Ronny F Sompie mengatakan, polisi terbuka dalam menerima masukan dari siapapun dan polisi tetap introspeksi diri.
“Polisi tentu tidak resisten terhadap perbaikan-perbaikan, koreksi, teguran. Tentu polisi harus memperbaiki diri, memperbaiki kulturnya terutama agar bisa prima melakukan pelayanan terbaik kepada masyarakat," kata Irjen Pol Ronny F Sompie.
"Perbaikan struktural itu sebenarnya sudah dilaksanakan tahun 2010, dan kita tinggal menindaklanjuti. Untuk pengungkapan kasus, tetap menjadi janji kami, Polri, untuk bisa segera menyampaikan kepada masyarakat. Kami akan mengungkap semua kasus yang terjadi, tapi juga kami berharap masyarakat juga membantu Polri, minimal memberikan masukan, ” jelasnya.