Masa Depan Anak-Anak Suriah Tak Menentu

Manar Qarra, manajer umum Panti Asuhan Selam di Gaziantep, Turki, mengambil foto dua anak di dari panti asuhan ketika berkunjung ke pantai.

Khaled kehilangan ayahnya lima tahun lalu, ketika militan ISIS menculiknya di Idlib. Itu adalah kali terakhir Khaled melihat ayahnya.

“Ayah Khaled keluar dari rumah untuk salat Jumat lalu dan menghilang. Kami mencari ke manapun. Kemudian kami mengetahui bahwa militan ISIS telah menculiknya,” kata ibu Khaled yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada VOA.

Khaled berpose untuk diambil gambarnya oleh oleh ibunya di dalam tenda di kamp pengungsian untuk anak yatim piatu di daerah pinggiran Idlib.

Keluarga Khaled, ibunya, dan saudara kembarnya berusia enam tahun, pindah beberapa kali dari satu kamp pengungsi ke kamp lainnya sementara pesawat tempur pemerintah Suriah terus menggempur kamp pengungsi di daerah itu.

Mereka akhirnya menetap di kamp Utsman ibn Affan untuk anak yatim dan pengungsi di mana mereka tinggal sekarang.

"Suatu hari pesawat pemerintah Suriah menyerang desa kami, kami selamat," kata ibu Khaled, mengingat kengerian yang dialaminya bersama anak-anaknya.

Khaled hanyalah satu di antara ribuan anak-anak yang kehilangan orangtua mereka akibat perang di Suriah.

Aktivis Suriah, Omar Omar, yang mengatur kegiatan hiburan untuk anak-anak yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di pedesaan Idlib mengatakan kepada VOA, lebih dari 6.000 anak yang dirawat di daerah tersebut yang adalah yatim atau yatim piatu.

“Kami merawat enam ribu anak yatim di daerah itu, sebagian dari mereka hidup dengan anggota keluarga seperti kakek-nenek, paman dan bibi, sebagian dipisahkan dari keluarga mereka dan dibantu oleh organisasi-organisasi kemanusiaan,” kata Omar.

Jumlah itu yang hanya yang dirawat satu organisasi. Keseluruhan anak yang kehilangan orang tua mereka bisa mencapai puluhan ribu orang. [ps/ii]