Rincian mulai muncul tentang bagaimana dua prajurit tentara Myanmar yang mengaku di video bahwa mereka telah melakukan kejahatan kekejaman, hingga akhirnya sampai di Belanda.
Menurut Mark Farmaner dari Burma Campaign UK, Prajurit Myo Win Tun dan Prajurit Zaw Naing Tun meninggalkan dinas militer Myanmar dan bergabung dengan Tentara Arakan, salah satu dari banyak pasukan etnis yang beroperasi di negara itu.
Di sana, mereka diwawancarai dan mengaku. Farmaner mengatakan pengakuan yang direkam itu awalnya disangsikan kebenarannya, mengingat kemungkinan dibuat di bawah tekanan.
BACA JUGA: Tentara Desersi Myanmar Akui Kekejaman terhadap RohingyaKedua prajurit yang membelot itu tiba di Bangladesh pada pertengahan Agustus untuk mencari perlindungan. Mereka kembali diinterogasi tentang dugaan kejahatan tersebut.
Menurut Farmaner, cerita mereka menjadi perhatian Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) yang bermarkas di Den Haag. Keduanya kemudian diserahkan kepada pemerintah Belanda dan dibawa ke Belanda.
Farmaner mengatakan keduanya saat ini berada di bawah “perlindungan” pemerintah Belanda dan tidak berada dalam tahanan ICC.
Kedua pria itu mengatakan mereka berpartisipasi dalam pembunuhan massal dan penghancuran seluruh desa karena perintah perwira senior militer Myanmar. [lt/pp]