Ketegangan dengan Iran Jadi Agenda Utama Rapat Kabinet Israel

  • Robert Berger

PM Israel Benjamin Netanyahu (tengah) sesaat sebelum memimpin rapat kabinet mingguan di Yerusalem (Minggu, 5/2).

Meningkatnya ketegangan antara Israel dengan Iran menempati agenda utama rapat kabinet pemerintah PM Benjamin Netanyahu, Senin.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuka rapat kabinet dengan merujuk kepada pernyataan minggu lalu oleh pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebut Israel sebagai “tumor berbahaya yang harus dihilangkan.”

Netanyahu mengatakan satu-satunya jalan untuk memastikan kelangsungan hidup Israel di kawasan di mana penguasa Iran berbicara tentang penghancuran Israel, ”adalah terus mengembangkan kekuatan militer negara Israel.”

Militer yang kuat “adalah satu-satunya jaminan perdamaian,” ujarnya, “dan satu-satunya pertahanan Israel apabila perdamaian gagal.”

Iran mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, tetapi Israel dan Barat yakin Iran sedang mengembangkan senjata nuklir yang bisa mengancam keberadaan negara Yahudi itu. Para pejabat Israel memperingatkan secara umum bahwa isu Iran hampir mendekati “titik di mana tidak ada jalan kembali”, yaitu titik di mana tindakan militer untuk menghentikan Iran memperoleh bom atom mungkin sudah terlambat.

Israel mengatakan lagi apabila sanksi-sanksi internasional terhadap Iran gagal, Israel siap mengambil aksi militer sepihak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Barat.

Minggu lalu, Menteri Pertahanan Amerika, Leon Panetta, dikutip surat kabar Washington Post, mengatakan, ia menduga Israel mungkin menyerang Iran tahun ini, mungkin awal April.

Analis masalah pertahanan surat kabar Jerusalem Post Yaakov Katz mengatakan saat untuk pemecahan diplomatik hampir habis.

“Pintu sudah benar-benar tertutup,” ujarnya.

Katz mengatakan Israel punya kekuatan militer untuk mendukung ancaman itu.

“Israel sejak lama telah mengembangkan opsi militer yang nyata, yang berpotensi untuk digunakan, apabila Israel memutuskan mengambil aksi militer sepihak untuk menghentikan program nuklir Iran,” ujarnya lagi.

Banyak analis mempertanyakan efektivitas serangan Israel, mengingat Iran, 1.200 kilometer jauhnya dari Israel dan fasilitas-fasilitas nuklirnya tersebar dan dibangun di bawah tanah. Tetapi, minggu lalu, Wakil Perdana menteri Israel Moshe Ya’alon, mantan kepala staf angkatan darat, mengatakan semua tempat nuklir Iran “rentan” terhadap serangan-serangan militer Israel.