Masalah muncul pada TPS-TPS di berbagai negara bagian terkait KTP, kertas suara dan antrean yang sangat panjang.
Keluhan sporadik mengenai prosedur memilih muncul di beberapa negara bagian, dari Pennsylvania sampai Florida pada hari pemilihan Selasa (6/11) atau Rabu waktu Indonesia, sementara antrean panjang di tempat pemilihan suara (TPS) menimbulkan kendala.
Kelompok-kelompok pengawas pemilu mengatakan ada kebingungan mengenai kewajiban menyertakan kartu tanda penduduk (KTP) di Pennsylvania.
"Petugas TPS kurang atau tidak dilatih secara benar, jadi mereka meminta orang menyerahkan KTP, dan yang tidak membawa diminta pulang,” ujar Barbara Arnwine, direktur eksekutir Komite Pengacara untuk Hak-hak Sipil, pada jumpa pers di Washington. “Negara bagian Pennsylvania seharusnya malu."
Zack Stalberg, presiden Komite Tujuhpuluh, mengatakan ratusan orang menelepon kelompok ini karena kebingungan mengenai kewajiban membawa KTP. Namun hanya sekitar 10 persen dari penelepon yang diminta pulang karena tidak membawa KTP.
Selain itu, sebuah mesin tiba-tiba mengubah pilihan seorang pemilih menjadi Mitt Romney meski ia telah menekan tombol untuk Presiden Barack Obama. Petugas setempat mengatakan mesin tersebut telah dikalibrasi ulang dan sudah bisa dipakai.
Partai Republik juga mengeluhkan negara bagian Pennsylvania, karena partai tersebut mendapat perintah pengadilan untuk memilih kembali 75 petugas pemilu dari Partai Republik di Philadelphia yang diduga dilarang memasuki TPS-TPS.
“Ini upaya memalukan dari kampanye Obama untuk menekan pengawas pemilu yang telah ditunjuk secara legal oleh Partai Republik di Philadelphia,” ujar ketua partai di Pennsylvania, Rob Gleason.
Antrean panjang di banyak negara bagian memunculkan kekhawatiran banyak pemilih akan menyerah dan pulang tanpa mencoblos. Waktu menunggu yang lama dilaporkan di Florida, Virginia dan Ohio, semuanya negara bagian kunci, serta New Jersey dan New York yang terimbas Badai Sandy.
Para pemimpin gerakan hak sipil mengatakan antrean panjang memalukan Amerika di mata internasional.
"Antrean di tempat-tempat seperti Ohio terlihat lebih panjang dari di Baghdad dan Kabul,” ujar Wade Henderson, presiden Konferensi Kepemimpinan Hak Sipil dan Hak Asasi Manusia.
Di kota Miami yang padat, waktu mengantre berkisar antara 15 menit sampai lebih dari tiga jam untuk mencoblos. Sebuah tuntutan hukum telah dilakukan di Florida terkait waktu menunggu untuk mencoblos pada pemilihan awal, yang pada beberapa kasus mencapai enam sampai tujuh jam.
Tuntutan itu diajukan oleh Partai Demokrat, yang mengatakan bahwa antrean di Miami, Broward dan Palm Beach yang merupakan kantung Demokrat, lebih panjang dari yang lain Sabtu lalu, membuat orang malas mencoblos.
Petugas pemilu setempat mengatakan hal itu tidak menjadi masalah lagi karena TPS-TPS di tiga tempat itu terus dibuka pada Minggu dan Senin supaya pemilih dapat mencoblos.
Beberapa kertas suara di Florida adalah sepanjang 12 halaman, isinya antara lain proposal untuk mengamandemen undang-undang negara bagian, termasuk pelaksanaan rencana perawatan kesehatan dari Presiden Barack Obama.
Para mahasiswa yang mencoblos jauh dari rumah juga mendapati masalah di Florida. Di Universitas Central Florida di Orlando, yang memiliki sekitar 58.000 mahasiswa, banyak di antara mereka harus mengisi kertas suara cadangan karena mereka terdaftar di rumah orangtua. Sementara undang-undang negara bagian yang baru melarang mereka mengubah alamat di tempat.
Kertas suara cadangan (provisional) tersebut tidak akan dihitung kecuali kelayakan pemilih diverifikasi kemudian.
“Ini menyebalkan. Jika hasil pemilu ketat, mereka baru akan menghitungnya,” ujar Kristen Wiley, 20.
Ratusan pemilih di Clearwater, Florida, mendapat telepon otomatis yang mengatakan bahwa mereka harus menunggu sampai “besok” atau Rabu untuk mencoblos. Menurut petugas setempat, telepon itu seharusnya sudah berhenti Senin.
Di New Jersey, server komputer rusak, para pemilih diminta KTP yang seharusnya tidak perlu, beberapa TPS buka terlampat, dan sejumlah lokasi tidak memiliki kertas suara.(AP/Reuters)
Kelompok-kelompok pengawas pemilu mengatakan ada kebingungan mengenai kewajiban menyertakan kartu tanda penduduk (KTP) di Pennsylvania.
"Petugas TPS kurang atau tidak dilatih secara benar, jadi mereka meminta orang menyerahkan KTP, dan yang tidak membawa diminta pulang,” ujar Barbara Arnwine, direktur eksekutir Komite Pengacara untuk Hak-hak Sipil, pada jumpa pers di Washington. “Negara bagian Pennsylvania seharusnya malu."
Zack Stalberg, presiden Komite Tujuhpuluh, mengatakan ratusan orang menelepon kelompok ini karena kebingungan mengenai kewajiban membawa KTP. Namun hanya sekitar 10 persen dari penelepon yang diminta pulang karena tidak membawa KTP.
Selain itu, sebuah mesin tiba-tiba mengubah pilihan seorang pemilih menjadi Mitt Romney meski ia telah menekan tombol untuk Presiden Barack Obama. Petugas setempat mengatakan mesin tersebut telah dikalibrasi ulang dan sudah bisa dipakai.
Partai Republik juga mengeluhkan negara bagian Pennsylvania, karena partai tersebut mendapat perintah pengadilan untuk memilih kembali 75 petugas pemilu dari Partai Republik di Philadelphia yang diduga dilarang memasuki TPS-TPS.
“Ini upaya memalukan dari kampanye Obama untuk menekan pengawas pemilu yang telah ditunjuk secara legal oleh Partai Republik di Philadelphia,” ujar ketua partai di Pennsylvania, Rob Gleason.
Antrean panjang di banyak negara bagian memunculkan kekhawatiran banyak pemilih akan menyerah dan pulang tanpa mencoblos. Waktu menunggu yang lama dilaporkan di Florida, Virginia dan Ohio, semuanya negara bagian kunci, serta New Jersey dan New York yang terimbas Badai Sandy.
Para pemimpin gerakan hak sipil mengatakan antrean panjang memalukan Amerika di mata internasional.
"Antrean di tempat-tempat seperti Ohio terlihat lebih panjang dari di Baghdad dan Kabul,” ujar Wade Henderson, presiden Konferensi Kepemimpinan Hak Sipil dan Hak Asasi Manusia.
Di kota Miami yang padat, waktu mengantre berkisar antara 15 menit sampai lebih dari tiga jam untuk mencoblos. Sebuah tuntutan hukum telah dilakukan di Florida terkait waktu menunggu untuk mencoblos pada pemilihan awal, yang pada beberapa kasus mencapai enam sampai tujuh jam.
Tuntutan itu diajukan oleh Partai Demokrat, yang mengatakan bahwa antrean di Miami, Broward dan Palm Beach yang merupakan kantung Demokrat, lebih panjang dari yang lain Sabtu lalu, membuat orang malas mencoblos.
Petugas pemilu setempat mengatakan hal itu tidak menjadi masalah lagi karena TPS-TPS di tiga tempat itu terus dibuka pada Minggu dan Senin supaya pemilih dapat mencoblos.
Beberapa kertas suara di Florida adalah sepanjang 12 halaman, isinya antara lain proposal untuk mengamandemen undang-undang negara bagian, termasuk pelaksanaan rencana perawatan kesehatan dari Presiden Barack Obama.
Para mahasiswa yang mencoblos jauh dari rumah juga mendapati masalah di Florida. Di Universitas Central Florida di Orlando, yang memiliki sekitar 58.000 mahasiswa, banyak di antara mereka harus mengisi kertas suara cadangan karena mereka terdaftar di rumah orangtua. Sementara undang-undang negara bagian yang baru melarang mereka mengubah alamat di tempat.
Kertas suara cadangan (provisional) tersebut tidak akan dihitung kecuali kelayakan pemilih diverifikasi kemudian.
“Ini menyebalkan. Jika hasil pemilu ketat, mereka baru akan menghitungnya,” ujar Kristen Wiley, 20.
Ratusan pemilih di Clearwater, Florida, mendapat telepon otomatis yang mengatakan bahwa mereka harus menunggu sampai “besok” atau Rabu untuk mencoblos. Menurut petugas setempat, telepon itu seharusnya sudah berhenti Senin.
Di New Jersey, server komputer rusak, para pemilih diminta KTP yang seharusnya tidak perlu, beberapa TPS buka terlampat, dan sejumlah lokasi tidak memiliki kertas suara.(AP/Reuters)