Media Sosial Bantu Komunitas Muslim Indonesia di AS Lakukan Rutinitas Keagamaan

  • Karlina Amkas

Kkantor YouTube di Los Angeles, California, 21 Oktober 2015. (Foto: AP)

Pandemi virus corona berimbas langsung pada warga Muslim Indonesia di Amerika. Mereka harus diam di rumah dan tidak bisa beraktivitas di masjid. Namun, dua organisasi Muslim Indonesia di Amerika tetap aktif berkegiatan dengan bantuan media sosial dan virtual.

Fahmi Zakaria Zubir, dikenal sebagai Ustadz Fahmi, rutin melakukan tugasnya, memberi ceramah keagamaan kepada warga Muslim Indonesia di kawasan metro Washington DC, yang tergabung dalam IMAAM (Indonesian Muslim Association in America).

Yang berbeda dari rutinitasnya, semasa pandemi virus corona ini, di mana separuh warga Amerika diperintahkan untuk diam di rumah, ceramah tidak disampaikan langsung kepada jemaah di masjid. Ceramah disampaikan melalui media konferensi telepon Zoom, dan Youtube. Zoom membantu terjadi interaksi langsung dengan jemaah, sedangkan Youtube membantu jemaah melihat langsung ustadz mereka berbicara.

BACA JUGA: Kisah Mansoor, Muslim AS Mantan Anggota Marinir

Menjaga rutinitas berjalan normal, antara lain dengan tetap bisa melihat tokoh agama mereka berbicara dan tetap bisa berinteraksi dengan saudara seiman, sangat membantu Muslim Indonesia dalam mendukung upaya pemerintah Amerika meredam pandemi virus corona. Tetapi yang penting adalah juga mengupayakan kehidupan berjalan normal, di rumah.

Dalam pernyataan bersama pada 18 Maret 2020, National Muslim Task Force (Satuan Tugas Muslim Nasional) untuk pandemi virus corona meminta Muslim di seluruh Amerika Utara mendukung upaya pemerintah di negara masing-masing untuk melakukan karantina mandiri dan menerapkan social distancing atau menjaga jarak dalam bersosialisasi.

Muslim diingatkan untuk tidak bertemu dalam jumlah lebih dari 10 orang, dan bahwa tindakan itu penting demi melindungi diri, keluarga dan komunitas mereka. Task Force juga meminta masjid-masjid, pusat-pusat komunitas, sekolah dan semua tempat umum agar tutup sampai waktu yang akan ditentukan nanti.

Para peserta Pesantren Kilat Milenial Islami sedang belajar membuat vlog atau video blog bertema toleransi dan Islam damai, sebagai salah materi pesantren kilat, di Pesantren Bayt Al Quran, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 25 Mei 2018. (Foto: VOA/Ahadian Utama)

Dalam pernyataan bersama itu, Task Force menyertakan pula informasi yang diperkirakan menjadi pertanyaan warga Muslim, mulai dari informasi tentang virus corona dan cara penularannya, bagaimana kita mencegah penularan dan melindungi diri, sampai tentang fatwa dan informasi mengenai apa yang dilakukan Muslim di negara-negara lain.

Semua informasi dalam Task Force itu dimuat lengkap dan disebarluas oleh Islamic Society of North America (ISNA), yang termasuk dalam gugus tugas tersebut. Namun, ISNA, sebagai payung organisasi Islam di Amerika dan Kanada, menambahkan informasi lain, misalnya fiqih menyolatkan dan memakamkan korban COVID-19, yang sudah dirilis oleh Dewan Fiqih Amerika pada 13 Maret 2020.

ISNA menyerahkan kepada organisasi Islam di bawahnya dalam membuat kegiatan yang melibatkan anggota masing-masing guna menghadapi situasi itu.

Kegiatan Indonesian Muslim Society in America (IMSA) lebih banyak melalui virtual memang. Semasa pandemi, kegiatan IMSA ditambah dengan penyebaran informasi, antara membahas rinci, disertai tanya jawab seputar virus corona dan bagaimana menghadapinya, melalui radio komunitas IMSA, menghadirkan Azaibi Tamin, PhD, dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Amerika.

BACA JUGA: Suara Muslim pada Pemilihan Presiden AS 2020

“Kenapa kita harus meniadakan sholat Jumat? Pertama, belum ada vaksin untuk virus ini. Kedua, belum ada obatnya. Ketiga, kita bisa menghentikan penyebaran virus ini dengan tidak berkelompok," kata Azaibi

Presiden IMSA Syafrin Murdas mengatakan pemberian informasi itu untuk menunjukkan kepedulian organisasi kepada anggotanya, disertai harapan tidak ada yang terkena wabah ini.

Di Seattle, Mohammad Joban terus melakukan tugasnya sebagai imam masjid Ar-Rahmah dengan mengunggah ceramah di Youtube.

Pertemuan virtual memang untuk sementara bisa mengisi lubang kebutuhan masyarakat, namun tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan komunitas Muslim untuk datang ke masjid. [ka]