Pasukan keamanan Meksiko pada hari Rabu (4/12) mengatakan telah melakukan penyitaan terbesar fentanil dalam sejarah negara tersebut, yaitu sekitar 1,1 ton opioid sintetis.
Dalam sebuah pernyataan, penegak hukum mengatakan penyitaan di negara bagian Sinaloa itu setara dengan 20 juta dosis fentanyl, dan akan menimbulkan kerugian ekonomi sekitar US$40 juta bagi kelompok-kelompok kejahatan terorganisir.
Rekor penyitaan ini terjadi di tengah memburuknya kekerasan di Sinaloa di mana faksi-faksi Kartel Sinaloa terlibat dalam pertempuran sengit, yang terus berkobar pasca penangkapan gembong Ismael “El Mayo” Zambada pada Juli lalu.
Penyitaan ini juga terjadi ketika presiden terpilih AS Donald Trump bertekad untuk membuat Meksiko melakukan lebih banyak upaya guna menghentikan aliran opioid yang telah menewaskan ratusan ribu orang di Amerika Serikat. Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif yang tinggi jika dia tidak melihat upaya signifikan dalam mengatasi perdagangan fentanil dan migrasi illegal.
BACA JUGA: Angkatan Laut Meksiko Sita 8,3 Ton Narkoba di PasifikDalam konferensi pers hari Rabu, Presiden Claudia Sheinbaum mengatakan “Ini adalah investigasi yang sudah berlangsung lama dan kemarin memberikan hasil seperti ini. Ini adalah penyitaan terbesar pil fentanil yang pernah dilakukan.”
Aparat keamanan menemukan fentanil di dua properti di kotamadya Ahome, setelah mendapat informasi dari masyarakat dan hasil intelijen, yang mendorong dilakukannya penyelidikan. Di satu bangunan, penegak hukum menemukan 800 kilogram fentanil, sejumlah bahan kimia prekursor, dan empat kendaraan. Di gedung lainnya, mereka menemukan 11 paket dengan total sekitar 300 kilogram fentanil, serta prekursor, timbangan, dan mixer industri.
Pengumuman itu menandai perubahan taktik pemerintah Meksiko. Sebelumnya mantan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador berulang kali menyangkal bahwa negara tersebut merupakan pusat produksi fentanil meskipun ada bukti yang signifikan tentang hal itu.
Pejabat keamanan tinggi Meksiko mengatakan tentara dan marinir pada Selasa (3/12) malam melihat dua pria membawa senjata api di negara bagian utara Sinaloa, tempat asal kartel narkoba dengan nama yang sama.
Mereka mengejar kedua orang itu, yang berlari masuk ke dua rumah.
Di satu rumah tentara menemukan sekitar 300 kilogram fentanil, dan di rumah lainnya sebuah truk berisi sekitar 800 kilogram obat terlarang, sebagian besar dalam bentuk pil.
Beberapa senjata api juga disita dan dua pria ditangkap dalam operasi tersebut.
Penggerebekan terbaru itu mengejutkan karena penyitaan fentanil di Meksiko telah menurun drastis pada paruh pertama tahun ini.
BACA JUGA: Trump Ingin Terapkan Tarif Tinggi, China: 'Tak Ada yang Menang dalam Perang Dagang'Dalam beberapa waktu selama musim panas, di bawah mantan Presiden Andrés Manuel López Obrador, pasukan federal melaporkan penyitaan hanya berjumlah 50 gram per minggu.
Angka untuk paruh pertama 2024 menunjukkan bahwa pasukan federal Meksiko hanya menyita 130 kilogram fentanil secara nasional antara Januari dan Juni, turun 94% dari 2.329 kilogram atau 2,3 ton yang disita pada 2023.
Opioid sintetis dianggap telah mengakibatkan sekitar 70.000 kematian akibat overdosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Para pejabat AS sendiri telah berusaha meningkatkan upaya penyitaan, saat obat itu masuk melalui perbatasan, sering kali dalam bentuk pil palsu yang dibuat di Meksiko dari bahan kimia pendahulu yang sebagian besar diimpor dari Tiongkok.
López Obrador selalu membantah bahwa fentanil diproduksi di Meksiko, meskipun para ahli — dan bahkan anggota pemerintahannya sendiri — mengakui bahwa fentanil memang diproduksi di negara itu. [em/ka/lt/ns]