Ribuan botol plastik yang telah menjadi sampah memenuhi lahan milik salah satu warga di Desa Bangoan, Kecamatan Kedung Waru, Kabupaten Tulungagung. Sekitar 50 orang bekerja memilah dan mengelompokkan botol plastik sesuai jenis dan warnanya. Kebanyakan botol plastik bekas yang dikirim ke tempat itu adalah jenis PET, yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat botol kemasan air minum.
Botol-botol itu diperoleh dari warga yang menyetorkan ke tempat penampungan, dan dibayar Rp4.000 per kilogram. Nurul, warga Desa Bangoan, adalah salah satu pekerja di tempat itu. Ia mendapat tambahan penghasilan minimal Rp200.000 setiap bulannya, dari menyortir botol plastik bekas di tempat itu.
“Setiap seminggu sekali, satu kuintal (dapat) 50 ribu. Satu minggu empat kuintal,” ujar Nurul.
Bangoan Bumi Lestari adalah nama tempat pengumpulan botol plastik jenis PET, bahan baku pembuatan kembali botol plastik air kemasan. Tempat tersebut menjadi pusat pengumpulan sampah botol plastik, untuk kemudian dikirimkan ke pabrik pembuatan botol plastik kemasan air minum. Setiap harinya, sekitar empat ton botol plastik bekas dikirimkan ke pabrik yang berada di Kabupaten Pasuruan. Total, Bangoan Bumi Lestari mampu menyerap sampah botol plastik hingga 100 ton per bulan.
Pemilik Bangoan Bumi Lestari, Tris Widiatmoko, mengatakan ia memperoleh pendapatan hingga Rp40 juta per minggu, dari usaha pengumpulan dan pemilahan botol plastik bekas. Ia berharap, masyarakat mulai sadar pentingnya pemilahan sampah dari level rumah tangga untuk mengurangi sampah di masyarakat dan mengubah sampah menjadi produk bernilai ekonomis.
“Targetnya, harapan kami minimal dari teman-teman (mitra) yang sudah gabung di sini, kita memulai dari kita sendiri dulu. Jadi, pemilahan sampah itu sudah kita mulai dari rumah tangga kita dulu. Itu memang jauh lebih memudahkan, kualitasnya juga luar biasa bagus,” kata Tris.
Warga di sekitar Bangoan Bumi Lestari juga sudah merusakan dampak positif dari usaha pengumpulan botol plastik bekas tersebut. Kepala Desa Bangoan, Budi Setiawan, mengatakan keberadaan tempat pengolahan tersebut mampu menyerap tenaga kerja serta menambah penghasilan warga, selain menjadikan lingkungan di desanya lebih bersih dari sampah.
“Menyerap tenaga kerja di sekitar sini, dari yang biasanya ada kerjaan tidak rutin bisa ke sini. Apabila tidak bisa kerja di sini, bisa dibawa pulang dan dikerjakan di rumah, istilahnya sebagai sampingan kerja. Limbah plastik ini bermanfaat karena kalau tidak ada pengusaha seperti ini, plastik di tepi jalan itu banyak berserakan,” pungkas Budi.
Sementara itu, Packaging Circularity Senior Manager, Danone Aqua, Jeffri Ricardo, mengatakan kerja sama antara mitra pengumpul botol plastik dengan perusahaan air minum kemasan merupakan kontribusi produsen dalam mengatasi masalah penumpukkan kemasan pasca digunakan. Diharapkan, kemasan plastik produk tidak lagi menggunakan bahan baru dari minyak bumi, melainkan memanfaatkan limbah plastik yang ada untuk keberlanjutan lingkungan.
BACA JUGA: Gunung di Indonesia Darurat Sampah“Sebisa mungkin juga bisa menarik kemasan kita pasca konsumsi. Kalau misalkan itu tidak dibuat lagi jadi produk daur ulang, berarti ketika kita membuat produk baru, kita tetap akan menggunakan plastik baru yang dibuat dari minyak bumi,” kata Jeffri.
Jadi, kita terus menambah. Kita ambilnya dari lingkungan, tapi di satu sisi kita (produsen) nyedot terus (minyak bumi) untuk membuat (kemasan plastik baru). Ini yang penting di sistem daur ulang. Nah, makanya kalau dari kita itu yang buat program IRI (Inclusive Recycling Indonesia) berbeda, adalah setelah kita kumpulkan (botol plastik) itu kita ambil lagi untuk menjadi produk lagi.”
Program Inclusive Recycling Indonesia (IRI) telah mendampingi 10 pusat pengumpulan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan mampu mengumpulkan plastik jenis PET sebanyak 15.129,4 ton per tahun, atau 806,8 ton per bulan, sebagai bahan baku botol plastik yang aman untuk pangan. [pr/rs]