Memimpin Ibu Kota Saat Terjangkit Covid-19 Dinilai Tidak Efektif

  • Fathiyah Wardah

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berfoto bersama warga di Jakarta, 1 November 2020. (Foto: AFP)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan positif terjangkit Covid-19. Meski sakit, Anies bilang akan tetap memimpin Jakarta. Sebagian pengamat menilai memimpin Jakarta dalam kondisi sakit tidak akan efektif karena sebagai Ibu kota negara, banyak masalah yang harus ditangani dan diputuskan secara tepat.

Virus corona menyerang banyak pejabat negara. Baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan hasil tes usapnya yang dinyatakan positif.

Anies bukanlah orang pertama di lingkungan pemerintahan DKI Jakarta yang terkena Covid-19. Sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria sudah dinyatakan positif Covid-19. Hingga saat ini ada 11 pejabat pemerintahan DKI Jakarta yang terkonfirmasi terkena virus ini.

BACA JUGA: Anies Baswedan Positif Covid-19

Meski Anies dinyatakan positif dan melakukan isolasi mandiri, tetapi ia menyatakan tetap akan memimpin ibu kota.

Anies menegaskan akan tetap menjalani tugas sebagai gubernur dengan bekerja secara virtual, termasuk memimpin rapat-rapat. Hal itu sudah biasa dilakukan sejak Maret lalu ketika pandemi mulai merebak Indonesia. Anies meyakini hal semacam ini tidak mengganggu proses pengambilan keputusan dan pemerintahan.

Beberapa pengunjung mengenakan masker di luar sebuah mal di pasar Tanah Abang, di tengah pandemi virus corona (COVID-19), 23 November 2020. (Foto: Reuters)

Namun pengamat kebijakan publik di Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah, menilai memimpin Jakarta dalam kondisi sakit tidak akan efektif. Jakarta sebagai ibu kota negara memiliki banyak masalah yang harus ditangani dan diputuskan secara tepat. Menurutnya Anies sedianya menyerahkan pekerjaannya tersebut kepada Sekretaris Daerah atau pejabat lainnya yang tepat.

“Tidak efektif karena memang rapat secara virtual atau online bisa, tetapi ini persoalannya ada banyak keputusan-keputusan karena ini DKI Jakarta yang memerlukan penanganan yang tepat, terpadu dan terarah. Maka diperlukan kadang-kadang rapat yang sifatnya langsung,” ujar Trubus.

Menurut Trubus jika Gubernur Anies tetap memimpin Jakarta dalam kondisi sakit, akan banyak persoalan yang buntu. Misalnya, Trubus mencontohkan, keputusan mengenai apakah melanjutkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi atau pengendalian yang lebih ketat.

“Nah untuk memutuskan berarti harus orang yang kepemimpinannya kuat, solid. Persoalannya kalau posisi pak Anies sakit apalagi kepanjangan kan nanti jadi masalah,” kata Trubus.

Pemandangan dari udara pemakaman umum Pondok Rangon untuk korban Covid-19, di Jakarta, 25 November 2020. (Foto: Reuters)

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yakin Anies Baswedan masih bisa memimpin DKI Jakarta dan bekerja, meski terinfeksi Covid-19.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tambahnya, tetap akan berjalan dengan baik tanpa kehadiran Gubernur DKI yang sedang isolasi mandiri.

BACA JUGA: Anies Penuhi Panggilan Polda Metro Terkait Pelanggaran Prokes Rizieq Shihab

Menurutnya selama pemerintah daerah masih melaksanakan tugasnya secara efektif, maka Anies akan tetap memimpin Jakarta. Ia juga merujuk pada kecanggihan teknologi komunikasi yang memungkinkan Anies masih dapat memimpin rapat dan berkomunikasi secara virtual.

“Menurut saya sementara masih bisa berjalan dengan baik. Dengan adanya akses komunikais yang sekarang ada saya pikir bisa dimana saja,” tambah Moeldoko. [fw/em]