Memprihatinkan, Stunting Ditemukan di Seluruh Sulawesi Tengah 

  • Yoanes Litha

Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting. (Foto: cropping dari Buku 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) VOLUME 3 oleh TNP2K/Yoanes Litha)

Kabupaten Banggai di Provinsi Sulawesi Tengah diketahui menjadi salah satu daerah dalam daftar 100 kabupaten/kota prioritas yang harus diintervensi untuk mengatasi anak tumbuh kerdil atau stunting pada tahun 2018. Meskipun demikian kasus stunting ternyata ditemukan di seluruh Sulawesi Tengah.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan janin hingga anak usia 2 tahun. Dalam jangka pendek, kekurangan gizi akan menyebabkan gangguan kecerdasan, tidak optimalnya ukuran fisik tubuh, serta gangguan metabolisme.

Berdasarkan data TPN2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) prevalensi stunting di Kabupaten Banggai pada tahun 2013 adalah 35,39 persen atau berarti mencapai 11.728 orang. Besarnya jumlah anak stunting ini terkait dengan besarnya jumlah warga miskin di daerah itu.

Survei terakhir tahun 2016 menunjukkan, dari 359 ribu penduduk terdapat 9,47 persen atau sekitar 34 ribu penduduk miskin. Tak heran jika tahun ini kabupaten Banggai menjadi salah satu dari 100 kabupaten/kota untuk intervensi anak kerdil atau stunting.

dr. Taufan Karwur Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, memberikan penjelasan penanganan stunting di Kabupaten Poso. (Foto: VOA/Yoanes)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Reny A. Lamadjido kepada VOA mengatakan guna mencegah dan menangani stunting, pemerintah provinsi Sulawesi Tengah tahun ini telah melakukan teroboson untuk memberikan voucher atau kupon makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita keluarga miskin, yang disalurkan langsung oleh puskesmas.

“Jadi kabupaten yang kami lakukan intervensi kemudian upaya-upaya itu dari Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah juga membuat yang namanya voucher kepada masyarakat miskin yang mungkin tidak mampu itu akan diberikan makanan tambahan melalui Puskesmasnya,” kata Reny A.Lamadjido.

Reny mengaku sejak tahun 2015 sebenarnya penanganan stunting di Banggai sudah lebih baik, terutama dengan digalakkan program posyandu pra-konsepsi. Posyandu prakonsepsi adalah rangkaian program penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang diharapkan akan memberi hasil positif berkelanjutan pada kesehatan ibu hamil sampai anaknya mencapai usia dua tahun (baduta).

Pendampingan sejak prakonsepsi akan menambah pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan bayi mereka. Sementara waktu kontak yang lama dan intensif dengan petugas kesehatan juga diharapkan akan menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD), ASI ekslusif, serta makanan pendamping ASI yang tepat.

“Kita sekarang ini yang cukup tinggi stuntingnya itu di Banggai Laut, Banggai Kepulauan, tapi kalau kabupaten Banggai-nya bagus. Mereka punya inovasi, namanya posyandu Prakonsepsi. Jadi masing-masing kabupaten punya inovasi terhadap stunting ini,” kata Reny A. Lamadjido.

Selain di Kabupaten Banggai, upaya penanganan stunting juga dilakukan di kabupaten kota lainnya, antara lain di kabupaten Poso. Taufan Karwur, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso mengatakan kasus stunting di Poso Sulawesi Tengah telah berhasil ditekan dari 1.175 kasus pada tahun 2016 menjadi 603 kasus pada tahun 2017.

Your browser doesn’t support HTML5

Memprihatinkan, Stunting Ditemukan di Seluruh Sulawesi Tengah

"Kemudian kalau dibedah per kabupaten, kalau Poso datanya kita tahun 2016 itu memang stunting ada 1.175 kasus, kalau di 2017 turun di 603 kasus. Data hasil pemantauan Status Gizi atau PSG 2017 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengindikasikan kasus stunting ditemukan di semua kabupaten/kota yang berada di Sulawesi Tengah," kata Taufan Karwur.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, ada 37 persen atau hampir sembilan juta balita di Indonesia yang mengalami stunting. Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia. Tingginya angka stunting ini ditengarai tidak saja beresiko menurunkan tingkat kecerdasan, kesehatan dan produktivitas, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperlebar jurang ketimpangan yang meningkatkan kemiskinan. [yl/em]