Perangkat pengetesan DNA kini semakin populer dan murah. Pemeriksaan genetika bisa menunjukkan asal-usul keluarga seseorang, memberi petunjuk tentang masalah kesehatan, dan bahkan mengungkapkan adanya anggota keluarga yang masih hidup tapi tidak diketahui dimana mereka berada.
Banyak perusahaan di dunia menawarkan pengujian DNA tanpa mengharuskan orang mengirim darah untuk dites. Dengan ongkos kira-kira 100 dolar AS (sekitar Rp 1,4 juta) , kita cukup mengirim contoh air liur ke sebuah laboratorium, dan sebulan kemudian mendapat profil genetika yang terinci.
Kadang-kadang hasilnya bisa sangat mencengangkan.
Jason Lambro yang tinggal di kota Washington DC mengatakan ia tidak punya saudara laki-laki ataupun perempuan. Tapi pemeriksaan DNA menemukan bahwa ia punya seorang saudara tiri.
“Pada suatu hari saya membaca hasil pemeriksaan DNA itu, dan saya melihat kalimat ini: ‘Selamat! Kami menemukan saudaramu!’ Saya sangat terkejut!”
Tapi banyak orang tidak begitu kaget ketika hasil pemeriksaan DNA menunjukkan asal-usul keluarga mereka.
Kata Joann Bodurtha, seorang dokter dan pakar genetika, ia telah mengadakan pemeriksaan genetika yang diadakan oleh beberapa perusahaan di Amerika, dan semua hasilnya bisa dikatakan identik atau serupa.
“Kebanyakan pengujian DNA itu dilakukan dengan mencari apa yang disebut sebagai ‘single nucleotide polymorphism’ atau snips. Tujuannya adalah menemukan di mana terdapat variasi dalam DNA orang-orang yang berbeda, dan membandingkannya dengan pola DNA orang-orang yang berasal dari Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah atau Asia Tenggara.”
Zhanna, yang tidak tahu banyak tentang asal usul keluarganya, kecuali bahwa kakeknya lahir di Krimea, akhirnya bisa menemukan saudara-saudara jauhnya yang masih hidup di Ukraina.
“Ini luar biasa! Ketika saya melihat hasil pengetesan DNA itu, saya menangis karena sangat terkejut. Rupanya saya punya keluarga di sana!”
Jason Lambro juga sangat senang bisa menemukan beberapa anggota keluarganya.
“Ini pertama kalinya saya mengetahui bahwa saya punya seorang saudara tiri. Email pertama yang dikirimnya kepada saya dimulai dengan kalimat ‘Hei adikku!’ dan saya merasakan bulu tengkuk saya berdiri.”
Jason Lambro dan saudaranya sedang membuat rencana besar untuk saling berjumpa dan membahas berbagai masalah keluarga. (ii)