Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, Ilham Syah Azikin menceritakan berbagai program dilakukan untuk menurunkan angka stunting di wilayahnya. Ilham mengungkapkan, prosentase kasus stunting di daerahnya fluktuatif dan kini cenderung menurun. Menurut Ilham, masa pandemi ini perlu inovasi baru dalam pemeriksaan ibu hamil dan anak balita.
Di Bantaeng, jelas Ilham, ada program inovasi bernama SASKIA (Satu Bendera Satu Sasaran Ibu dan Anak). Maksudnya, setiap rumah yang memiliki ibu hamil atau anak balita akan terpasang bendera khusus untuk mereka.
"Di masa pandemi, berdasarkan program inovasi SASKIA, setiap rumah yang memiliki ibu hamil atau anak balita akan dipasang bendera ini. Ada delapan warna bendera ini yang berbeda mulai untuk kehamilan bulan 1 hingga anak usia balita. Ini efektif bagi petugas kesehatan, mempermudah kader gizi, posyandu dalam melakukan pemantauan atau penyaluran bantuan gizi," ungkap Ilham, saat menjadi narasumber seminar daring bertema "Strategi Mencegah Stunting di masa Pandemi" digelar Katadata, Selasa (3/11).
Saat ini pemkab Bantaeng sedang membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gizi Terpadu yang diantaranya terdiri dari ahli gizi, ahli penyakit anak, dan psikolog.
Angka kasus stunting di Bantaeng pada 2007 sekitar 37,6 persen, meningkat pada 2013 menjadi 42,2 persen. Namun pada 2018 turun drastis menjadi 21 persen.
Lebih lanjut Ilham menuturkan Pemda Bantaeng juga memberi penghargaan kepada ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif untuk bayinya selama enam bulan.
Your browser doesn’t support HTML5
Program berbeda dilakukan pemkab Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan pemkab Sumbawa Barat NTB, Tuwuh, mengatakan setiap desa wajib menyediakan anggaran dari Dana Desa untuk upaya pencegahan stunting. Selain itu, ungkap Tuwuh, mereka juga menyelenggarakan lomba cipta menu untuk ibu hamil dan bayi dari bahan pangan lokal untuk menggugah kesadaran akan pentingnya gizi.
"Beberapa puskesmas di tempat kami membentuk gerakan bersama memasak menu untuk ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Sedapat mungkin memakai bahan pangan lokal dan banyak gizi. Ibu-ibu PKK dan Dinas Kesehatan juga sering melakukan cipta menu baru. Selain itu, setiap desa di wilayah kami wajib menyediakan anggaran untuk menangani stunting di wilayah masing-masing," ujar Tuwuh.
Menteri Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan, Gusti Ayu Bintang Dharmawati, mengatakan pemerintah berupaya memprioritaskan penurunan jumlah kasus stunting di 10 provinsi. Pemerintah menargetkan pada 2024, angka kasus stunting di Indonesia sekitar 14 persen.
"Kami membentuk pusat 135 pusat pembelajaran keluarga atau Puspaga yang tersebar di 12 provinsi dan 135 kabupaten/kota. Lewat Puspaga ini, keluarga mampu men-support ibu hamil, ibu menyusui, menyediakan asupan makanan bergizi. Di masa pandemi ini, kami juga memastikan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu dan anak di puskesmas maupun posyandu tidak berhenti,” ujar Gusti Ayu.
Bintang mengungkapkan angka kasus stunting global sekitar 20 persen, sementara Indonesia masih diatasnya, yaitu 27,7 persen. Ini bisa diasumsikan bahwa satu dari setiap empat anak di Indonesia mengalami stunting.
Selain faktor ekonomi, kata Bintang, stunting juga dipicu cara pengasuhan kurang baik. Ini termasuk pemberian ASI eksklusif kurang optimal, sanitasi yang tidak layak, dan kurangnya pemahaman orang tua tentang gizi anak. Pandemi, menurut Bintang, diprediksi akan memicu lima hingga enam juta warga miskin baru.
Hardinsyah, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, memuji bantuan program pangan untuk ibu hamil dan balita menyertakan ikan dan telur.
"Dari sisi gizi yang terbukti mencegah stunting memang ikan dan telur. Saya salut bantuan pangan sekarang sudah ada ikan dalam kaleng dan telur tapi jangan sampai ikan atau telur itu dimakan bersama- sama keluarga, prioritas pada ibu hamil. Tablet penambah darah juga kurang efektif mencegah stunting, dampak hanya 30 persen, ganti saja dengan ikan atau telur. Belum lagi kalau efek tablet itu membuat mual, tidak nyaman dan BAB (buang air besar) merah. Jangan buang-buang uang." [ys/ab]