Menjalankan ibadah dalam bulan Ramadan di Amerika memang bukan perkara mudah. Namun bagi sebagian orang yang tinggal jauh dari kampung halaman, itu bukan berarti menjadi halangan menemukan makna Islam sesungguhnya.
Mirna Matjik, warga Indonesia yang tinggal di Golden, Colorado, mengatakan tinggal di negara mayoritas non-Muslim tidak membuat ia meninggalkan keimanannya sebagai seorang Muslim karena dalam masa perantauannya di Amerika lah ia justru menemukan makna Islam sesungguhnya.
"Alhamdulilah, saya pakai jilbab justru pas datang di sini, saya di sini menemukan Islam yang pure. Kalau dipikir-pikir banyak Islam di Indonesia sudah tercampur dengan tradisi, kultur. Waktu kita datang ke sini, kita temukan Islam yg pure, Alhamdulilah dari situ saya terbuka hatinya, dan saya bisa menemukan kekuatan untuk menutup dan sampai sekarang sudah dua tahun pake jilbab. Jadi justru saya pakai jilbab pas sudah di sini," ungkap Mirna.
Katanya, jilbab yang ia kenakan tidak sekedar berfungsi sebagai simbol keimanan, namun juga pada sebuah misi memperkenalkan Islam kepada lingkungan sekitarnya yang beragam.
"Orang mungkin agak reluctant, tapi kalau disambut senyum akhirnya nanti luluh juga. Pada dasarnya saya juga membawa misi bahwa orang Muslim juga bisa berinteraksi dengan baik. Sebagai wanita, saya juga diberi hak untuk sekolah, bekerja, dan sebagainya. Jadi ini semua adalah misi, " jelas Mirna.
Menurutnya kebersamaan dengan komunitas Muslim dari berbagai negara, terutama dalam bulan Ramadhan, banyak membantu memperdalam kecintaannya terhadap ajaran Islam.
Selama bulan Ramadhan ini, Mirna bersama dengan komunitas Muslim dari berbagai negara aktif melakukan berbagai kegiatan termasuk tarawih dan buka puasa bersama.
Dalam keluarga, Mirna pun juga tidak lupa mengajarkan ajaran agama kepada anak-anaknya. Tinggal di luar negeri, katanya, bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan sholat atau mengaji bersama dengan keluarga.
Tidak berbeda jauh dengan Mirna, Chessy Rolanda Azwar, pelajar Colorado School of Mines, mengatakan ia belajar untuk lebih kreatif menciptakan suasana Ramadhan di rumahnya.
Dengan adanya teknologi internet, ia mengunduh layanan musik rohani yang dapat mengingatkannya pada jam-jam sholat, sahur serta berbuka puasa.
“Aku ngerasanya Ramadhan di sini jadi lebih khusuk dibandingkan di Indonesia, karena di sini mungkin karena sudah sendiri,” kata Chessy.
Dalam kesendiriannya menuntut ilmu jauh dari keluarga dan teman-temannya di Indonesia, Chessy justru merasa lebih fokus menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan di tengah-tengah kesibukan belajar menamatkan kuliahnya.