Amerika Serikat menjadi negara yang semakin beragam. Dengan jumlah populasi warga kulit putih diperkirakan menjadi kurang dari 50 persen pada tahun 2045, maka timbul dorongan untuk menciptakan buku yang beragam. Para pakar mengatakan, tingkat kesuksesan orang dewasa Amerika pada masa depan menjadi taruhannya.
Kebanyakan anak Amerika bertumbuh dengan membaca buku-buku yang mencerminkan karakter mereka. Hal itulah yang dirasakan oleh Krista Aronson, seorang profesor psikologi di Bates College.
"Sebagai seorang dewasa, saya dapat melihat cara di mana memiliki lebih banyak anak-anak seperti saya, mungkin membuat saya merasa lebih percaya diri dan nyaman untuk bergerak di bagian dunia manapun. Tidak merasa seperti orang asing," jelasnya.
Itulah salah satu alasan mengapa Aronson mendirikan "Diverse BookFinder.org", sebuah proyek yang memiliki koleksi ribuan buku anak-anak yang menampilkan warga kulit hitam, pribumi dan warga lainnya di luar kulit putih, yang dipublikasikan di Amerika sejak tahun 2002.
"Ketika anak-anak melihat diri mereka tercermin dalam literatur yang mereka baca, itu akan membuat mereka mengerti bahwa mereka adalah anggota masyarakat yang terlihat dan berharga, yang dapat menanamkan perasaan positif tentang identitas mereka sendiri," imbuhnya.
Proyek Diverse Book Finder membantu pustakawan dan masyarakat umum, menemukan judul inklusif untuk anak-anak. Jason Homer adalah direktur perpustakaan publik di sebuah kawasan yang dihuni oleh warga dengan latar belakang berbagai ras di Massachusetts. Ia ingin anak-anak itu dapat melihat diri mereka sendiri dan juga melihat kebudayaan lain, saat mereka membaca sebuah buku.
"Kami ingin buku-buku itu menjadi jendela dan cermin bagi orang-orang. Jadi kami ingin anak-anak dapat melihat diri mereka sendiri di dalam buku tersebut dan kami ingin mereka dapat melihat ke dalam kebudayaan lain. Jadi, diversifikasi merupakan bagian penting dalam membangun koleksi perpustakaan apa pun," jelas Jason.
Philip Nel, professor Bahasa Inggris di Universitas Kansas, mengarahkan program literatur anak-anak di Universitas Kansas.
Your browser doesn’t support HTML5
Ia sependapat dengan Jason Homer. Melalui Skype, ia mengatakan, "Semua anak perlu melihat diri mereka dalam buku yang mereka baca. Mereka perlu tahu bahwa kisah mereka adalah penting. Untuk mengeluarkan pendapat, untuk memiliki kisah sendiri, untuk memiliki kehidupan dan sejarah. Tidak mendapat pengakuan merupakan bentuk penghapusan identitas. Itu seperti mengatakan bahwa Anda tidak penting."
Para pakar mengatakan, kurangnya keragaman buku anak-anak akan merugikan semua pembaca muda, tidak hanya anak-anak dari kelompok marginal.
Philip Nel menambahkan, "Hal itu juga merusak imajinasi kebanyakan anak-anak. Itu juga merusak imajinasi anak-anak kulit putih karena memberikan kesan bahwa mereka adalah pusat dari dunia ini. Itu menyarankan kepada mereka bahwa hanya cerita mereka yang penting dan Anda tahu, hal itu juga menanamkan perasaan superioritas yang salah, yang mengakibatkan cara pandang yang rasis juga."
Sebagai seorang anak yang dibesarkan di dunia yang semakin beragam, kemampuan untuk menjembatani segala perbedaan merupakan hal penting untuk pencapaian mereka pada masa depan.
Krista Aronson mengatakan, "Ini seperti otot yang harus dilatih, Bagaimana saya berinteraksi dengan mereka yang mungkin berbeda dengan saya. Ini sangat penting bagi kesuksesan anak-anak kita dan juga kesuksesan masyarakat kita."
Itu artinya, buku anak-anak bergambar, bukanlah sekadar hanya mainan bagi anak-anak. [lj/lt]