Mengapa Twitter Tak Akan Pernah Blokir Presiden Trump?

ARSIP – Foto menunjukkan laman akun twitter milik Presiden Donald Trump di sebuah layar komputer di Washington (foto: AP Photo/J. David Ake, Arsip)

Twitter telah menjelaskan pihaknya tidak akan memblokir Donald Trump dari layanannya, tanpa melihat apakah presiden mematuhi atau tidak aturan mengenai tidak pelecehan yang ditetapkan pihaknya.

Hal ini tidak mengejutkan: Cuitan presiden menarik perhatian pada layanan media sosial yang sedang berjuang untuk tetap eksis, walaupun cuitan yang mengolok-ngolok wartawan dan para saingannya, melemahkan komitmen yang sudah dinyatakan oleh Twitter untuk membuat layanannya tempat yang nyaman.

Perusahaan itu sudah menutup banyak akun yang melanggar syarat-syarat penggunaan yang ditentukannya, dan para pengritik Trump menyatakan Presiden Trump telah berulang kali melanggar aturan yang dibuat Twitter.

Berbagai seruan untuk memblokir Trump dari Twitter, khususnya oleh para aktivis liberal, penulis dan pengguna Twitter telah digaungkan bahkan sebelum ia menjadi presiden. Seruan itu kembali digaungkan baru-baru ini ketika presiden memposting video yangmenunjukkan ia tengah “membanting” seorang pria yang mukanya ditutupi dengan logo CNN.

Kelompok-kelompok seperti Reporters Committee for Freedom of the Press mengutuk video tersebut dan menyebutnya sebagai ancaman terhadap para jurnalis (seorang pembantu Gedung Putih menyatakan sebuah cuitan tidak perlu dipandang sebagai sebuah ancaman).

Kasus Trump

Twitter telah melarang pelecehan dan perilaku kebencian, namun ada banyak ruang untuk memperdebatkan apa yang dimaksud dengan perilaku seperti itu. Contohnya, meskipun cuitan bahwa seorang pemandu acara televisi dikatakan “berdarah-darah akibat operasi plastik,” namun pernyataan tersebut masih dianggap masuk kategori abu-abu apabila dianggap melanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh Twitter.

Ketika ditanya tentang Trump, Twitter mengatakan pihaknya tidak dapat berkomentar terkait akun-akun individu. Namun CEO Twitter, Jack Dorsey, mengatakan pada NBC bulan Mei lalu bahwa “penting untuk dapat mendengar langsung dari jajaran kepemimpinan” untuk membuat orang bertanggung jawab dan melakukan diskusi secara terbuka, bukan di balik pintu-pintu tertutup.

Dari segi bisnis juga masuk akal: Cuitan-cuitan Trump terus-menerus menjadi tajuk berita, menarik perhatian pada Twitter dan, idealnya, menarik lebih banyak pengguna untuk membuat akun di media sosial tersebut.

Untuk saat ini, tampaknya tidak terlalu membantu. Hari Kamis (27/7), Twitter mengatakan basis pengguna rata-rata tiap bulannya untuk periode April-Juni tumbun 5 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 328 juta, namun tidak berubah dibandingkan kuartal sebelumnya. Saham Twitter merosot lebih dari 9 persen ke $17,75 per saham sebelum bursa saham memulai perdagangannya hari Kamis setelah angka-angka ini keluar.

Twitter belum pernah lagi mencetak laba. Pada hari Kamis, perusahaan yang bermarkas di San Francisco melaporkan rugi bersih di kuartal kedua sebanyak $116 juta dolar atau 16 sen per saham, lebih besar dibandingkan rugi bersih $107 juta atau 15 sen per saham di periode yang sama tahun lalu.

Penerimaan turun 5 persen menjadi $574 juta dari $602 juta, mendekati ekspektasi Wall Street.

Cuitan-cuitan Penting

Para pendukung kebebasan berekspresi sepakat lebih baik Trump tetap ada di Twitter.

Emma Llanso, direktur Center for Democracy & Technology's Free Expression Project, mengatakan cuitan-cuitan Trump “nyata-nyata pidato yang relevan dari segi politik” dan bahkan dikutip dalam kasus-kasus pengadilan untuk menantang berbagai kebijakan presiden. Contohnya, pengadilan banding AS menggunakan cuitan-cuitan Trump di bulan Juni untuk menghentikan larangan perjalanan yang dikeluarkan oleh Trump terhadap orang-orang yang berasal dari enam negara yang mayoritas Islam.

Llanso mengatakan bisa dipahami mengapa ada “begitu banyak tekanan” pada media sosial tersebut untuk menanggulangi pelecehan. Jauh sebelum Trump terpilih sebagai presiden, para pengguna dan pendukung keamanan online menyerukan Twitter untuk berbuat sesuatu terhadap tindak penyalahgunaan pada layanannya.

Namun menyangkut keberadaan cuitan presiden yang luar biasa pada Twitter, ia cenderung memilih agar perusahaan swasta itu menghindari keputusan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, ujarnya, “kita harus berpaling pada instrumen demokrasi kita sebagai tempat yang tepat untuk menuntut tanggung jawab presiden.”

Lolos dari pemblokiran

Twitter tampaknya sepakat. Awal bulan ini, perusahaan tersebut mengumumkan pihaknya sekarang telah mengambil tindakan, termasuk penutupan akun-akun yang melakukan penyalahgunaan, dalam jumlah 10 kali lipat dibandingkan tahun lalu (meskipun tidak mengungkapkan angkanya). Akun Trump, tentunya, tidak termasuk di antaranya.

Bulan Juni, presiden membela tindakannya di media sosial, dengan melontarkan cuitan bahwa media utama tidak ingin mengizinkan “pesannya yang jujur dan tidak disensor” bocor keluar. Gedung Putih tidak langsung merespon pesan yang dikirimkan yang meminta komentar dari lembaga tersebut hari Kamis pagi.

Harus berlaku timbal balik

Twitter menyediakan sarana untuk presiden agar dapat berinteraksi secara langsung dengan dunia, tanpa perantara seperti media massa. Namun apabila itu penting bagi orang-orang untuk mendengar langsung dari Trump, ujar para pendukung kebebasan berekspresi, maka penting juga bagi Tump untuk mendengarkan – dan mengizinkan orang untuk melihat pesan-pesannya.

Tindakannya untuk memblokir para pengguna individu dari layanan tersebut berpotensi untuk menghadapi gugatan hukum.

Pelawak Dana Goldberg, yang mengatakan presiden telah memblokirnya namun bukan menjadi bagian dari pihak yang mengajukan gugatan hukum, menyamakan tindakan Trump dengan “melakukan Pidato Kenegaraan dan memblokir pesawat televisi orang-orang yang memilih (Hillary) Clinton.”

Pelanggarannya? Goldberg, dengan pengikut di Twitter sebanyak 7.680 orang dibandingkan Trump yang memiliki 34,6 juta pengikut, mengatakan cuitannya yang menyebut “orang yang perlu dikasihani” setelah mendoakan Sen. John McCain cepat sembuh setelah didiagnosa kanker, meskipun sebelumnya mengolok-olok catatan tentang McCain semasa perang.

“Fakta bahwa saya diblokir oleh presiden Amerika Serikat, benar-benar tidak masuk akal,” katanya [ww/fw]