Menhan AS: China Pada Akhirnya Bangun Tembok Besar untuk Isolasi Diri

Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, berpidato dalam KTT Keamanan Asia di Singapura (4/6). (AP/Wong Maye-E)

Ash Carter mengatakan ada kekhawatiran yang meningkat tentang tindakan China di perairan strategis itu dan di tempat lain.

China “pada akhirnya akan membangun Tembok Besar isolasi diri" jika negara itu terus melakukan provokasi militeristik di pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan, ujar Menteri Pertahanan Amerika, Ash Carter, Sabtu (4/6).

Carter mengatakan kepada para menteri pertahanan Asia, analis keamanan dan cendekiawan yang menghadiri Dialog Shangri-La di Singapura, bahwa ada kekhawatiran yang meningkat tentang tindakan China di perairan strategis itu dan di tempat lain.

Yang sangat memperihatinkan adalah apakah China akan melakukan pengerukan di Scarborough Shoal, 200 kilometer sebelah barat Teluk Subic dan juga diklaim oleh Filipina.

Carter mengatakan tindakan demikian akan “provokatif dan menggoyahkan.”

Berbicara kepada para wartawan kemudian pada hari itu, menteri pertahanan AS itu mengatakan langkah China tersebut akan menimbulkan reaksi dari Amerika Serikat dan negara-negara lain.

“Semua negara di kawasan itu akan bereaksi. Dan semakin lama akan semakin berkembang sementara keprihatinan meningkat atas kegiatan seperti ini,” kata Carter kepada wartawan.

“Negara-negara di kawasan itu akan semakin bekerjasama dalam keamanan maritim di antara mereka sendiri dan mendekati Amerika Serikat.”

Mayjen Yao Yunzhu dari Tentara Pembebasan Rakyat China, yang hadir belakangan dalam pertemuan yang berjudul “Pengelolaan Ketegangan Laut China Selatan,” mengecam operasi pelayaran militer Amerika Serikat di perairan yang disengketakan itu.

Operasi itu dapat ditafsirkan sebagai “persiapan medan tempur,” katanya.

“Saya kira tidak ada negara yang berhak memaksakan pengertiannya sendiri mengenai kebebasan pelayaran sebagai peraturan universal dan mencap negara yang tidak sependapat sebagai pelanggar kebebasan pelayaran atau bahkan pelanggar ketertiban maritim internasional yang berdasarkan peraturan itu,” kata Yao menambahkan, yang juga seorang peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Militer Tentara Pembebasan Rakyat. [gp]