Seruan agar Taliban membebaskan seorang aktivis pendidikan anak perempuan yang ditangkap awal pekan ini di Kabul meningkat, Rabu (29/3). Sementara itu, seorang pejabat kementerian membela penahanan tersebut.
Matiullah Wesa, pendiri dan presiden Pen Path -- sebuah kelompok LSM lokal yang menjalankan program sekolah dan perpustakaan keliling -- ditangkap di ibu kota Afghanistan pada Senin.
Sejak pengambilalihan kekuasaan, Taliban telah memberlakukan pembatasan terhadap hak-hak perempuan dan kelompok-kelompok minoritas. Anak-anak perempuan dilarang sekolah setelah kelas enam SD dan tahun lalu, Taliban melarang perempuan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Wesa telah blak-blakan dalam tuntutannya agar anak perempuan memiliki hak untuk pergi ke sekolah dan belajar, dan telah berulang kali meminta pemerintah pimpinan Taliban untuk mencabut larangannya. Pernyataan-pernyataan terbaru di akun Twitternya bertepatan dengan awal tahun ajaran baru di Afghanistan, dengan perempuan tetap dikucilkan dari ruang kelas dan kampus.
BACA JUGA: Penggagas Sekolah Perempuan Afghanistan Ditangkap di KabulPada Selasa malam, kuasa usaha AS untuk Afghanistan, Karen Decker, mengatakan ia terganggu oleh "beberapa laporan yang meresahkan" tentang orang-orang Afghanistan yang ditahan saat melakukan protes damai untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan ia sedih mendengar penangkapan Wesa.
Laporan-laporan setempat mengatakan pasukan keamanan Taliban menahan Wesa setelah ia kembali dari perjalanan ke Eropa. Otoritas Taliban belum mengonfirmasi penahanannya, keberadaan atau alasan penangkapannya.
Abdul Haq Humad, Direktur Publikasi di Kementerian Informasi dan Kebudayaan, membela penahanan tersebut.
"Tindakannya mencurigakan dan sistem memiliki hak untuk meminta penjelasan kepada orang-orang seperti itu," katanya Selasa dalam sebuah cuitannya di Twitter.
Saudara laki-laki Wesa mengatakan pasukan Taliban mengepung rumah keluarga itu pada Selasa. Ia mengatakan mereka memukuli sejumlah anggota keluarga tersebut dan menyita ponsel aktivis yang ditangkap itu.
Para aktivis media sosial telah membuat tagar untuk mengampanyekan pembebasan Wesa. Banyak postingan mengutuk penahanannya dan menuntut pembebasan segera aktivis tersebut.
Wesa dan teman-temannya di Pen Path menggelar kampanye dari pintu ke pintu untuk mempromosikan pendidikan anak perempuan.
“Kami telah menjadi sukarelawan selama 14 tahun untuk menjangkau masyarakat dan menyampaikan pesan untuk pendidikan anak perempuan,” kata Wesa dalam postingan media sosial baru-baru ini. “Selama 18 bulan terakhir kami berkampanye dari rumah ke rumah untuk memberantas buta huruf dan mengakhiri semua kesengsaraan kita." [ab/uh]