Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika, Alex Azar, memuji usaha Uganda untuk mengekang perebakan penyakit Ebola di Afrika Timur dan tengah. Tapi, karena Amerika merupakan penyumbang utama bagi sektor kesehatan Uganda, menteri Azar juga minta pada pemerintah Uganda untuk mencari dana sendiri guna menjalankan program kesehatannya.
Menteri kesehatan Amerika itu sedang mengadakan kunjungan ke Rwanda, Republik Demokratik Kongo dan Uganda, untuk membahas masalah pembasmian wabah Ebola.
“Banyak tugas besar yang harus dilakukan untuk memperkuat kesiagaan dan kemampuan penanggulangan bencana. Memeriksa orang-orang yang datang lewat perbatasan dan mengambil tindakan apabila ditemukan orang yang sakit. Pemerintah Uganda, terutama Menteri Kesehatan Aceng telah berhasil menyusun rencana yang bagus untuk mengatasi masalah ini,” jelasnya.
Pemerintah Amerika adalah penyumbang terbesar bagi sektor kesehatan Uganda, guna membantu usaha melawan AIDs, TBC, malaria dan Ebola, dan juga memperbaiki kesehatan ibu dan anak.
Tahun fiskal 2018 Amerika memberi bantuan kesehatan berjumlah 511 juta dollar lebih, dan karena itu Menteri Kesehatan Azar mendesak Uganda supaya lebih berdikari dalam bidang kesehatan.
“Kami telah melihat kemajuan besar di Uganda dalam membangun sistem kesehatan publik dan infrastruktur kesehatan, sebagai bagian dari kemitraan itu. Tapi kini Uganda perlu mengusahakan supaya bisa berdiri diatas kaki sendiri dalam bidang kesehatan ini. Itu berarti Uganda harus menggunakan sumber dayanya sendiri untuk membiayai bidang kesehatan ini,” imbuh Azar.
Duta Besar Amerika untuk Uganda, Deborah Malac menegaskan lagi perlunya Uganda memenuhi kebutuhan perawatan kesehatannya sendiri.
BACA JUGA: Kementerian Kesehatan Uganda Konfirmasi Kasus Ebola dari Kongo“Kita tidak bisa mengharapkan Amerika akan menjadi sumber dana untuk waktu yang tidak terbatas. Karena itu perlu dibangun kemampuan untuk mengurus diri sendiri, supaya Amerika tidak perlu lagi memberikan bantuan," jelasnya.
Hari Minggu (15/9) muncul laporan dari Tanzania bahwa seorang dokter yang belajar di Uganda meninggal karena infeksi virus yang mirip Ebola. Tapi pemerintah Tanzania membantah laporan itu dan menyebutnya sebagai kabar angin.
Sejumlah negara yang dekat dengan Kongo terus waspada atas munculnya penderita Ebola baru. [ii]