Kementerian Kesehatan hari Kamis (8/5) memastikan hingga saat ini tidak ada kasus Mers Cov atau Sindrom Pernafasan Timur Tengah di Indonesia.
JAKARTA —
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi hari Kamis (8/5) menegaskan bahwa sampai saat ini tidak ada penderita Sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS CoV) di Indonesia.
Menurutnya pihaknya telah memeriksa 31 orang yang diduga terkena Sindrom Pernafasan Timur Tengah ini. Hasilnya lanjut Nafsiah semuanya negatif termasuk kasus yang terjadi di medan dan juga Bali. Pemerintah lanjutnya sudah meningkatkan kewaspadaan, termasuk melakukan pemeriksaan terhadap tenaga kesehatan yang menangani pasien yang diduga terkena MERS.
Nafsiah Mboi mengatakan, "Semua negatif Mers-Cov virus. Untuk pemeriksaan laboratorium untuk menyatakan negative cukup sekitar 12 jam akan tetapi untuk menyatakan positif biasanya kita membutuhkan 2 hari."
Nafsiah menambahkan, kementeriannya telah meningkatkan kesiapsiagaan di point of entry untuk mendeteksi kesehatan para jemaah baik haji maupun umroh saat kembali ke Tanah Air, melalui penyebaran Health Alert Card (HAC), pemasangan leaflet dan banner di 49 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), termasuk 13 KKP (kantor kesehatan pelabuhan) Embarkasi.
Pemerintah Indonesia tambahnya memperhatikan secara serius masalah MERS CoV karena banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Arab Saudi sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), atau menjalankan ibadah haji dan umroh.
Dia menyatakan kementeriannya juga telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang hendak pergi umroh maupun bekerja atau berkunjung ke negara-negara Arab perihal wabah Mers ini dan langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan seperti dengan tidak berdekatan dengan seseorang yang mengidap gejala-gejala flu dan batuk karena virus korona juga menyebabkan gejala serupa.
Jika harus berada di keramaian kata Nafsiah diharapkan untuk mengambil langkah pengamanan tambahan seperti mengenakan masker karena virus tersebut menular lewat udara.
"Sikap kita adalah melindungi warga negara kita baik yang masih berada di Indonesia yang mau melakukan perjalanan maupun warga negara Indonesia yang sudah berada di luar negeri baik sebagai TKI maupun sebagai jemaah haji ataupun umroh," papar Nafsiah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan pemerintah Indonesia setiap tahunnya mengirim 700 ribu jamaah haji dan umroh. Selain itu 1,2 juta warga negara Indonesia bekerja di Timur Tengah, 858 ribu di antaranya bekerja di Arab Saudi
Saat ini menurut Agung telah disiapkan alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) di pintu-pintu masuk perjalanan internasional seperti Bandara dan Pelabuhan laut internasional.
Pemerintah tambahnya sangat serius mengatasi hal tersebut.
Agung Laksono menjelaskan, "Maka upaya-upaya maupun tindakan-tindakan promotif dan tindakan preventif menjadi penting. Dengan perilaku hidup yang sehat, sanitasi lingkungan higienis diperlukan untuk mencegah tertularnya Mers Cov, sering cuci tangan lalu kalau batuk harus ada etikanya."
Pemerintah Arab Saudi mengatakan lebih dari 100 pasien yang terinfeksi virus korona MERS meninggal dunia sejak kasus sindrom pernafasan ini mulai muncul pada tahun 2012 lalu.
Menurutnya pihaknya telah memeriksa 31 orang yang diduga terkena Sindrom Pernafasan Timur Tengah ini. Hasilnya lanjut Nafsiah semuanya negatif termasuk kasus yang terjadi di medan dan juga Bali. Pemerintah lanjutnya sudah meningkatkan kewaspadaan, termasuk melakukan pemeriksaan terhadap tenaga kesehatan yang menangani pasien yang diduga terkena MERS.
Nafsiah Mboi mengatakan, "Semua negatif Mers-Cov virus. Untuk pemeriksaan laboratorium untuk menyatakan negative cukup sekitar 12 jam akan tetapi untuk menyatakan positif biasanya kita membutuhkan 2 hari."
Nafsiah menambahkan, kementeriannya telah meningkatkan kesiapsiagaan di point of entry untuk mendeteksi kesehatan para jemaah baik haji maupun umroh saat kembali ke Tanah Air, melalui penyebaran Health Alert Card (HAC), pemasangan leaflet dan banner di 49 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), termasuk 13 KKP (kantor kesehatan pelabuhan) Embarkasi.
Pemerintah Indonesia tambahnya memperhatikan secara serius masalah MERS CoV karena banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Arab Saudi sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), atau menjalankan ibadah haji dan umroh.
Dia menyatakan kementeriannya juga telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang hendak pergi umroh maupun bekerja atau berkunjung ke negara-negara Arab perihal wabah Mers ini dan langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan seperti dengan tidak berdekatan dengan seseorang yang mengidap gejala-gejala flu dan batuk karena virus korona juga menyebabkan gejala serupa.
Jika harus berada di keramaian kata Nafsiah diharapkan untuk mengambil langkah pengamanan tambahan seperti mengenakan masker karena virus tersebut menular lewat udara.
"Sikap kita adalah melindungi warga negara kita baik yang masih berada di Indonesia yang mau melakukan perjalanan maupun warga negara Indonesia yang sudah berada di luar negeri baik sebagai TKI maupun sebagai jemaah haji ataupun umroh," papar Nafsiah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan pemerintah Indonesia setiap tahunnya mengirim 700 ribu jamaah haji dan umroh. Selain itu 1,2 juta warga negara Indonesia bekerja di Timur Tengah, 858 ribu di antaranya bekerja di Arab Saudi
Saat ini menurut Agung telah disiapkan alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) di pintu-pintu masuk perjalanan internasional seperti Bandara dan Pelabuhan laut internasional.
Pemerintah tambahnya sangat serius mengatasi hal tersebut.
Agung Laksono menjelaskan, "Maka upaya-upaya maupun tindakan-tindakan promotif dan tindakan preventif menjadi penting. Dengan perilaku hidup yang sehat, sanitasi lingkungan higienis diperlukan untuk mencegah tertularnya Mers Cov, sering cuci tangan lalu kalau batuk harus ada etikanya."
Pemerintah Arab Saudi mengatakan lebih dari 100 pasien yang terinfeksi virus korona MERS meninggal dunia sejak kasus sindrom pernafasan ini mulai muncul pada tahun 2012 lalu.