Menkeu Irak yang beraliran Sunni mengundurkan diri dalam sebuah demonstrasi protes besar di kota Samara yang penduduknya umumnya Sunni.
KAIRO —
Belasan ribu demonstran bersorak gembira mendengar pengumuman Menteri Keuangan Rafaie al-Esawi yang beraliran Sunni bahwa ia mengundurkan diri dari pemerintahab Perdana Menteri Nouri al-Maliki yang terpojok.
Rafaie al-Esawi mengatakan ia tidak berminat untuk ikut dalam pemerintahan Irak yang tidak menghormati rakyat Irak, masa depan mereka, persatuan mereka, atau etnis mereka. Dia mengatakan bahwa dia berdiri bersama rakyat Irak dan tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan yang tangannya ternoda oleh darah rakyat.
Namun televisi pemerintah Irak melaporkan dalam siaran berita sorenya bahwa Perdana Menteri Maliki "tidak menerima pengunduran diri Rafaie al-Esawi.... sampai pengusutan atas kejahatan keuangan dan administrasinya tuntas."
Konflik antara perdana menteri Syiah itu dan menteri keuangannya yang beraliran Sunni hanyalah salah satu konflik sektarian terbaru dalam pemerintahan Maliki.
Wakil Presiden Tariq Hashemi melarikan diri dari Irak pada Desember 2011 dan diadili in absentia atau tanpa kehadirannya atas tuduhan 'terorisme'. Hashemi membantah tuduhan itu, menyebutnya "bermotif politik."
Mantan Perdana Menteri Ayad Allawi, yang memimpin Partai Iraqiya, yang memenangkan jumlah kursi terbesar saat pemilu Parlemen Irak tahun 2010, baru-baru ini menuduh Maliki dan pendukungnya mencoba untuk membunuhnya. Irak akan mengadakan pemilu dewan perwakilan daerah pada bulan April.
Maraknya Bom Mobil
Sekelompok perempuan berteriak dan menjerit setelah dua ledakan menghantam sebuah pasar ternak di kota Diwaniyah yang sebagian besar penduduknya beraliran Syiah, di sebelah selatan Baghdad. Puluhan orang tewas atau terluka menurut direktur kesehatan kota.
Seorang remaja laki-laki yang terluka oleh ledakan itu menuturkan bahwa ia merasakan ledakan dari salah satu kendaraan di pasar itu dan beberapa saat kemudian ia mendengar ledakan kedua dan melihat satu kendaraan lain meledak.
Analis masalah Timur Tengah, James Denselow dari King College London, mengatakan Irak belum stabil baik secara politik ataupun keamanan selama hampir sepuluh tahun sejak penggulingan bekas pemimpinnya, Saddam Hussein.
"Apa yang kita lihat hari ini di Irak adalah negara terpuruk yang tidak bisa bergerak maju pada masalah-masalah nyata yang dihadapi negara itu dan malah terkotak-kotak dalam serangan sektarian pada pribadi dan fisik dan berlanjutnya kekerasan di jalanan,” kata Denselow.
Denselow juga mengatakan meluasnya protes baru-baru ini di kota-kota besar yang berpenduduk Sunni mencerminkan "komunitas Sunni yang semakin bangkit ." Ia menambahkan bahwa para pengamat khawatir "konflik sektarian dan pertentangan politik tingkat bawah itu bisa berubah menjadi perang saudara yang baru."
Rafaie al-Esawi mengatakan ia tidak berminat untuk ikut dalam pemerintahan Irak yang tidak menghormati rakyat Irak, masa depan mereka, persatuan mereka, atau etnis mereka. Dia mengatakan bahwa dia berdiri bersama rakyat Irak dan tidak akan menjadi bagian dari pemerintahan yang tangannya ternoda oleh darah rakyat.
Namun televisi pemerintah Irak melaporkan dalam siaran berita sorenya bahwa Perdana Menteri Maliki "tidak menerima pengunduran diri Rafaie al-Esawi.... sampai pengusutan atas kejahatan keuangan dan administrasinya tuntas."
Konflik antara perdana menteri Syiah itu dan menteri keuangannya yang beraliran Sunni hanyalah salah satu konflik sektarian terbaru dalam pemerintahan Maliki.
Wakil Presiden Tariq Hashemi melarikan diri dari Irak pada Desember 2011 dan diadili in absentia atau tanpa kehadirannya atas tuduhan 'terorisme'. Hashemi membantah tuduhan itu, menyebutnya "bermotif politik."
Mantan Perdana Menteri Ayad Allawi, yang memimpin Partai Iraqiya, yang memenangkan jumlah kursi terbesar saat pemilu Parlemen Irak tahun 2010, baru-baru ini menuduh Maliki dan pendukungnya mencoba untuk membunuhnya. Irak akan mengadakan pemilu dewan perwakilan daerah pada bulan April.
Maraknya Bom Mobil
Sekelompok perempuan berteriak dan menjerit setelah dua ledakan menghantam sebuah pasar ternak di kota Diwaniyah yang sebagian besar penduduknya beraliran Syiah, di sebelah selatan Baghdad. Puluhan orang tewas atau terluka menurut direktur kesehatan kota.
Seorang remaja laki-laki yang terluka oleh ledakan itu menuturkan bahwa ia merasakan ledakan dari salah satu kendaraan di pasar itu dan beberapa saat kemudian ia mendengar ledakan kedua dan melihat satu kendaraan lain meledak.
Analis masalah Timur Tengah, James Denselow dari King College London, mengatakan Irak belum stabil baik secara politik ataupun keamanan selama hampir sepuluh tahun sejak penggulingan bekas pemimpinnya, Saddam Hussein.
"Apa yang kita lihat hari ini di Irak adalah negara terpuruk yang tidak bisa bergerak maju pada masalah-masalah nyata yang dihadapi negara itu dan malah terkotak-kotak dalam serangan sektarian pada pribadi dan fisik dan berlanjutnya kekerasan di jalanan,” kata Denselow.
Denselow juga mengatakan meluasnya protes baru-baru ini di kota-kota besar yang berpenduduk Sunni mencerminkan "komunitas Sunni yang semakin bangkit ." Ia menambahkan bahwa para pengamat khawatir "konflik sektarian dan pertentangan politik tingkat bawah itu bisa berubah menjadi perang saudara yang baru."