Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, pada hari Minggu (20/10) mengucapkan selamat atas pelantikan Presiden Prabowo Subianto.
“Terpilihnya beliau merupakan bukti dari nilai-nilai demokrasi dan supremasi hukum yang mengikat Amerika Serikat dan Indonesia, dua negara demokrasi terbesar di dunia,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan pers yang dirilis Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Ia menambahkan, pihaknya berharap dapat membangun “fondasi yang kuat bersama Prabowo, pemerintahannya, masyarakat sipil, dan rakyat Indonesia” dalam rangka memperingati 75 tahun kemitraan antarkedua negara tahun ini.
Para pemimpin dan pejabat senior dari lebih dari 30 negara terbang untuk menghadiri acara pelantikan tersebut, termasuk Wakil Presiden China Han Zheng dan para pemimpin negara-negara Asia Tenggara.
BACA JUGA: AS Kirim Delegasi Hadiri Pelantikan Prabowo, Pengamat: AS Ingin Rangkul Erat IndonesiaPresiden AS Joe Biden mengutus Duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, untuk hadir dalam pelantikan itu. Laksamana Samuel Paparo, komandan Komando Indo-Pasifik AS, juga termasuk di antara delegasi AS.
Dalam pernyataaannya, Blinken menyampaikan komitmen bersama terhadap “hak asasi manusia, keragaman, dan kemakmuran, yang sangat penting dalam mempertahankan kawasan Indo-Pasifik dan dunia yang bebas dan terbuka,” dan bahwa pihaknya berharap dapat memperkuat Kemitraan Strategis Komprehensif antarkedua negara.
Para analis dan media menyebut Prabowo sebagai pemimpin yang memiliki pandangan internasional yang lebih luas dibandingkan Jokowi. Ia telah mengadakan puluhan pertemuan dengan sejumlah pejabat asing, kata Adhi
Priamarizki, peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura.
Adhi mengatakan pembangunan pertahanan berada di urutan teratas dalam daftar prioritas Prabowo, yang telah mengadvokasi perluasan militer melalui pembelian kapal selam, fregat, dan jet tempur, serta ingin memulai lebih banyak kerja sama pertahanan dengan berbagai negara.
Hasil pemilu ini menandai kembalinya Prabowo Subianto, yang selama bertahun-tahun dilarang berkunjung ke Amerika Serikat dan Australia. [br/ab]