Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry menekan para pemimpin teras Syiah Irak hari Senin (23/6), agar membentuk pemerintahan yang lebih inklusif selagi menghadapi pemberontak militan Sunni yang telah merebut wilayah yang luas di bagian utara dan barat Irak.
Kerry melakukan kunjungan mendadak ke Baghdad dan bertemu selama lebih dari satu setengah jam dengan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, juga seorang ulama penting Syiah serta dua anggota parlemen Sunni terkemuka.
Sewaktu menuju kendaraannya setelah bertemu pemimpin Irak, Kerry mengatakan pertemuan itu berlangsung baik. Tetapi rincian pertemuan tidak diungkapkan.
Kantor perdana menteri menyatakan Maliki menyampaikan kepada Kerry bahwa gerakan maju kelompok militan Negara Islam Irak, Suriah dan sekitarnya (ISIS) merupakan ancaman bukan hanya terhadap Irak tetapi juga terhadap kawasan dan perdamaian internasional.
Pemimpin Irak itu menginginkan serangan udara Amerika terhadap pemberontak, yang sedang dipertimbangkan oleh Amerika tetapi sebelum ini tidak disetujui.
Pasukan keamanan Irak menunjukkan sedikit perlawanan dalam menghadapi serangan gencar militan, kerap kali lari meninggalkan posisi-posisi mereka di bagian utara dan barat Irak serta meninggalkan senjata mereka.
Amerika belum secara terbuka meminta Maliki agar menanggalkan jabatannya, tetapi telah berulangkali mendesaknya agar membentuk pemerintahan yang memberi lebih banyak kewenangan bagi kaum Sunni dan Kurdi.
Kerry membahas Irak dan ancaman dari pemberontak sewaktu bertemu dengan para sejawatnya di Mesir dan Yordania hari Minggu. Ia mengatakan kepada wartawan di Kairo bahwa jika rakyat Irak menginginkan pemerintahan yang lebih inklusif, Amerika Serikat akan membantu.
Menlu AS John Kerry menekan para pemimpin teras Syiah Irak hari Senin (23/6) agar membentuk pemerintahan yang lebih inklusif.