Menteri Luar Negeri AS John Kerry telah tiba di Afghanistan untuk membantu menengahi krisis politik antara kedua calon presiden yang berselisih atas hasil pemilihan presiden babak kedua bulan lalu.
Abdullah Abdullah dan pesaingnya Ashraf Ghani mengaku menang dalam pemilihan putaran ke-dua 14 Juni lalu untuk menggantikan Presiden Hamid Karzai yang akan segera habis masa jabatannya. Hasil awal menunjukkan Abdullah ketinggalan sekitar satu juta suara dari Ghani.
Dalam pertemuan hari Jumat (11/7) dengan Kerry, Ghani sependapat dengan seruan Amerika mengenai peninjauan menyeluruh terhadap tuduhan kecurangan, dengan menyatakan harus ada “audit yang intensif dan ekstensif” untuk memulihkan kepercayaan dalam proses pemilihan. Kerry juga berencana bertemu dengan Abdullah dan Karzai.
Kerry mengatakan Jumat (11/7), tak lama setelah tiba di Kabul malam sebelumnya, bahwa Afghanistan sedang berada pada saat “yang sangat kritis.”
Diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan masa depan transisi kekuasaan “bergantung pada saat sekarang, oleh karena itu kita harus bekerja keras.”
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan Kerry akan menyampaikan pesan Presiden Barack Obama bahwa Amerika mengharapkan peninjauan kembali dengan seksama dari semua tuduhan wajar kecurangan dan tidak akan menerima langkah yang di luar undang-undang dasar.
Kerry sudah memperingatkan salah seorang calon, Abdullah Abdullah, agar tidak menggunakan cara yang melanggar hukum untuk merebut kekuasaan setelah calon wakilnya menyebut tentang penegakan pemerintah tandingan.
Abdullah dan saingannya Ashraf Ghani keduanya menyatakan menang dalam pemilihan babak kedua 14 Juni untuk menggantikan Presiden Hamid Karzai yang segera habis masa jabatannya. Hasil sementara menunjukkan Abdullah ketinggalan dari Ghani dengan selisih 1 juta suara.