Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson melawat ke China, Kamis (29/9), di tengah-tengah ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea. Kunjungan keduanya kali ini ditujukan untuk mengusahakan kerjasama Beijing dalam memberikan tekanan maksimal terhadap Korea Utara yang terus melakukan provokasi nuklir. Reporter VOA Nike Ching melaporkan.
Perang retorika antara pemimpin AS dan pemipin Korea meningkatkan rasa pesimisme bahwa denuklirisasi damai Semenanjung Korea akan bisa terlaksana.
Namun, diplomasi masih tetap merupakan pilihan pertama. Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berusaha menjalin kerjasama dengan China untuk menghentikan provokasi nuklir Korea Utara dan melicinkan jalan bagi kunjungan pertama Presiden Donald Trump ke China pada bulan November.
"Kami menyiapkan kunjungan penting Presiden Trump. Kami ingin membicarakan agenda kunjungan itu, dan kemudian kami akan melanjutkan perbincangan kami mengenai serangkaian isu lain yang penting. Pastinya, Korea Utara akan ikut diperbincangkan," kata Tillerson.
China adalah mitra dagang nomor satu Korea Utara. Washington mengatakan, menyertakan bantuan China penting dalam memangkas kemampuan Pyongyang mendapatkan dana.
Susan Thornton, Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Asia dan Pasifik, mengatakan, "Kami telah memberlakukan sanksi-sanksi terhadap berbagai entitas Korea Utara di China dan negara-negara lain. Semua dirancang untuk menarget perdagangan Korea Utara, entitas Korea Utara, proliferasi nuklir ilegal Korea Utara. Ini pastinya menyulitkan mereka dalam melakukan transaksi. Ini memangkas kemampuan mereka untuk mendapatkan dana. Dan ini meningkatkan tekanan terhadap rezim Korea Utara.”
Namun menurut Douglas Paal dari Carnegie Endowment for International Peace, pengaruh China terhadap Korea Utara terbatas. Pakar masalah Asia dan mantan pejabat pemerintahan Reagan dan Bush itu mengatakan, "Korea Utara sangat tidak suka menerima instruksi dari China. Mereka akan mengeksploitasi apapun yang dapat mereka peroleh dari China, namun tidak menginginkan pengarahan politik dari China. Jadi ini adalah masalah yang harus ditangani oleh Amerika Serikat dan China secara langsung dengan Korea Utara.”
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha mengatakan sebelumnya pekan ini di Washington bahwa, meski berpacu dengan waktu, diplomasi masih mungkin diusahakan.
Lawatan Tillerson ke Beijing menyusul kunjungan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, yang mengatakan, China perlu memberi perlakuan adil dan bertimbal-balik bagi perusahaan-perusahaan Amerika. [ab/lt]