Kerry mengatakan China memiliki peran unik dan penting dalam membujuk Pyongyang agar kembali ke meja perundingan mengenai program nuklirnya.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry berada di Beijing untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan mendorong para pemimpin China agar lebih menekan sekutunya, Korea Utara, untuk mengakhiri program senjata nuklirnya.
Kerry mengawali kunjungannya dengan menemui Presiden Xi Jinping di Balai Agung Rakyat. Ia juga bertemu dengan para pemimpin senior lain, termasuk Menteri Luar Negeri Wang Yi. Seusai pertemuan, Kerry menggambarkan pertemuannya dengan Xi sebagai konstruktif dan positif.
Kerry tiba di Beijing Jumat pagi (14/2) dari Korea Selatan, di mana ia bertemu hari Kamis dengan presiden dan menteri luar negeri negara itu. Sebelumnya pekan ini Korea Selatan dan Utara melakukan pertemuan tingkat tinggi pertama dalam tujuh tahun.
Di Seoul, Kerry mengatakan China memiliki peran unik dan penting dalam membujuk Pyongyang agar kembali ke meja perundingan mengenai program nuklirnya. Ia mengakui bantuan Beijing dalam beberapa bulan terakhir, namun menambahkan, China dapat berbuat lebih banyak sebagai pemasok utama bahan bakar dan jasa perbankan untuk Korea Utara.
Dengan macetnya perundingan enam pihak setelah Korea Utara menarik diri 2009, Pyongyang telah membangun kembali beberapa fasilitas nuklirnya dan menimbulkan kecemasan negara-negara tetangga dan Barat karena Pyongyang melakukan beberapa uji coba nuklir bawah tanah.
Kerry mengawali kunjungannya dengan menemui Presiden Xi Jinping di Balai Agung Rakyat. Ia juga bertemu dengan para pemimpin senior lain, termasuk Menteri Luar Negeri Wang Yi. Seusai pertemuan, Kerry menggambarkan pertemuannya dengan Xi sebagai konstruktif dan positif.
Di Seoul, Kerry mengatakan China memiliki peran unik dan penting dalam membujuk Pyongyang agar kembali ke meja perundingan mengenai program nuklirnya. Ia mengakui bantuan Beijing dalam beberapa bulan terakhir, namun menambahkan, China dapat berbuat lebih banyak sebagai pemasok utama bahan bakar dan jasa perbankan untuk Korea Utara.
Dengan macetnya perundingan enam pihak setelah Korea Utara menarik diri 2009, Pyongyang telah membangun kembali beberapa fasilitas nuklirnya dan menimbulkan kecemasan negara-negara tetangga dan Barat karena Pyongyang melakukan beberapa uji coba nuklir bawah tanah.