Suasana haru mewarnai serah terima dua anak buah kapal asal Indonesia yang sempat ditawan kelompok Abu Sayyaf di selatan Filipina, dimana salah seorang diantarnaya meninggal karena tenggelam dalam operasi penyelamatan. Kedua ABK yang dipulangkan itu adalah Heri Ardiansyah dan mendiang Hariadin. Penyerahan dilakukan di Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (11/4).
Hariadin, 45 tahun, meninggalkan istri dan tiga anak. Sedangkan Heri Ardiansyah adalah lajang berumur 18 tahun.
Keluarga Heri Ardiansyah langsung berdiri menyambut dan memeluk ketika melihat Heri, berkemeja putih dan bercelana panjang hitam, masuk bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Suara isak tangis sempat terdengar di ruangan.
Sementara keluarga mendiang Hariadin yang duduk di belakang tak kuasa menahan kesedihan ketika melihat Heri berpelukan dengan keluarga, dan menyadari Hariadin tak lagi bersama mereka. Hariadin tenggelam di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu, pada 5 April lalu, dalam operasi penyelamatan.
BACA JUGA: Seorang Sandera WNI Meninggal di Filipina SelatanMenlu Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia bersama pemerintah Filipina berusaha keras membebaskan seluruh sandera agar bisa kembali ke negara masing-masing dengan selamat.
"Dalam pertemuan hari ini kita bahagia karena satu keluarga kembali selamat, tetapi hari ini juga kita berduka karena satu saudara kita meninggal dunia di dalam proses pembebasan sandera. Hal yang membahagiakan juga karena proses pembebasan kali ini menanadai pembebasan keseluruhan 36 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan," kata Retno.
Hariadin bersama Heri Ardiansyah dan seorang warga negara Malaysia, Jari Abdullah, diculik saat melaut di Perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia pada 5 Desember 2018. Ketiganya diculik kelompok bersenjata di Flipina Selatan saat sedang bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia.
Meski tak ada lagi sandera yang ditawan, kata Retno, kelompok Abu Sayyaf masih beroperasi di Filipina. Oleh sebab itu, ia menegaskan tetap perlunya kerjasama diantara negara-negara sahabat demi keamanan perairan.
Kerjasama yang melibatkan Indonesia, Malaysia, dan Filipina dilakukan sejak 2016. Enam hal yang menjadi fokus utama kerja sama yakni patroli bersama, bantuan darurat, berbagi informasi intelijen, saluran komunikasi cepat, latihan bersama, dan sistem identifikasi otomatis.
BACA JUGA: Militan Abu Sayyaf Diduga Terlibat Serangan Bom di Filipina SelatanPihak keluarga menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah karena telah memulangkan Heri Ardiansyah dan Hariadin. Kamalia, kakak dari Heri Ardiansyah, berterima kasih kepada pemerintah Indonesia karena telah berhasil membebaskan adiknya tersebut dari sekapan Abu Sayyaf.
"Terima kasih juga kepada yang telah membantu pembebasan adik keponakan kami, Heri Ardiansyah. Terima kasih kepada Kedutaan Besar Indonesia di Filipina. Terima kasih juga kepada pemerintah Filipina dan semua pihak yang telah berusaha dan berupaya dalam pembebasan adik kemenakan kami, Heri Ardiansyah," ujar Kamalia.
Saharudin, abang mendiang Hariadin, juga berterima kasih karena sudah memulangkan jenazah Hariadin.
Your browser doesn’t support HTML5
Seusai acara serah terima tersebut, tidak ada sesi tanya jawab. Retno beserta Heri Ardiansyah dan keluarga Hariadin langsung meninggalkan ruangan acara.
Acara serah terima ini juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Filipina Harry Sarundajang dan sekretaris daerah Kabupatan Wakatobi, daerah asal kedua mantan sandera kelompok Abu Sayyaf tersebut.
Abu Sayyaf adalah sempalan kelompok gerilyawan Front Pembebasan Islam Moro MILF. Kelompok ini dibentuk oleh Abdurrazak Abu Bakar Janjalani sebagai reaksi ketidakpuasan warga di Filipina Selatan. Pada 23 Juli 2014, pemimpin Abu Sayyaf Isnilon Totoni Hapilon berbaiat kepada pemimpin ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) Abu Bakar al-Baghdadi.(fw/em)