Sebuah bom meledak di dekat iring-iringan kendaraan Menteri Dalam Negeri Mesir di distrik Nasr City, ibukota Kairo, mencederai sedikitnya tujuh orang, Kamis (5/9). Mendagri Mohammed Ibrahim selamat dalam ledakan tersebut.
KAIRO, MESIR —
Hari Kamis (5/9) pagi terjadi ledakan bom dekat iring-iringan mobil menteri dalam negeri Mesir Mohammed Ibrahim di Kairo, ledakan yang oleh pihak berwenang disebut sebagai percobaan pembunuhan. Beberapa orang luka-luka tetapi para pejabat mengatakan Menteri itu selamat.
Media pemerintah menggambarkan serangan itu sebagai upaya pembunuhan yang gagal.
Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim baru saja meninggalkan rumahnya di distrik Nasr City, Kairo ketika ledakan terjadi di dekat konvoinya. Awalnya pihak berwenang menyatakan itu bom mobil, tetapi kemudian mengatakan mereka curiga bom itu dilemparkan dari gedung di dekatnya.
Raouf Mahmoud yang tinggal di dekat rumah menteri itu mendengar suara ledakan. “Orang-orang lari kesana-kemari. Hanya beberapa saat setelah itu ada dua atau tiga mobil – BMW berwarna hitam – dari rombongan pengawal – terbakar. Beberapa saat kemudian – seperti tiga atau empat menit – terdengar letusan senjata,” ujar Raouf.
Belum ada yang mengaku bertanggungjawab atas ledakan itu.
Kairo dan sebagian besar Mesir berada dalam kondisi siaga sejak penumpasan para penentang pemerintah baru yang dipimpin militer.
Sekitar seribu orang – terutama para pendukung mantan presiden Mohammed Morsi – tewas tanggal 14 Agustus lalu dan beberapa hari setelah itu. Konfrontasi tersengit terjadi di Rabaa Al Adawiya – tidak jauh dari lokasi ledakan hari Kamis.
Kondisi siaga yang diberlakukan pemerintah dan jam malam, membuat banyak warga Mesir memuji apa yang disebut pemerintah sebagai perang melawan teroris.
Banyak pemimpin tinggi Ikhwanul Muslimin partai Mohammed Morsi, telah ditangkap, Beberapa diantaranya – termasuk Morsi – dituduh menghasut aksi kekerasan. Lainnya bersembunyi atau telah meninggalkan Mesir.
Para pendukung Morsi mengecam balik bahwa pemerintah yang telah melakukan aksi kekerasan dan menuduh militer melakukan kudeta.
Beberapa analis mengingatkan tentang kemungkinan terulangnya revolusi pra tahun 2011 : militer lawan Islamis yang terkadang diwarnai kekerasan.,
Penerbit Hisham Kassem mengatakan situasi sekarang menimbulkan resiko terulangnya gelombang aksi teroris, tetapi hal ini tidak akan berhasil.
Hisham mengatakan, “Bisa terjadi pertumpahan darah. Dan keadaan menyedihkan. Tetapi mereka tidak memiliki kekuatan untuk menegakkan kekuatan politik lewat kekerasan”.
Tetapi ada yang mengingatkan bahwa dalam keadaan sekarang ini, tanggungjawab atas tindakan-tindakan seperti itu mungkin tidak selalu jelas. Berbicara dengan dilatarbelakangi kekhawatiran terjadi tindakan pembalasan, mereka mengingatkan kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa bertahap untuk membenarkan penumpasan yang dilakukan pemerintah.
Media pemerintah menggambarkan serangan itu sebagai upaya pembunuhan yang gagal.
Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim baru saja meninggalkan rumahnya di distrik Nasr City, Kairo ketika ledakan terjadi di dekat konvoinya. Awalnya pihak berwenang menyatakan itu bom mobil, tetapi kemudian mengatakan mereka curiga bom itu dilemparkan dari gedung di dekatnya.
Raouf Mahmoud yang tinggal di dekat rumah menteri itu mendengar suara ledakan. “Orang-orang lari kesana-kemari. Hanya beberapa saat setelah itu ada dua atau tiga mobil – BMW berwarna hitam – dari rombongan pengawal – terbakar. Beberapa saat kemudian – seperti tiga atau empat menit – terdengar letusan senjata,” ujar Raouf.
Belum ada yang mengaku bertanggungjawab atas ledakan itu.
Sekitar seribu orang – terutama para pendukung mantan presiden Mohammed Morsi – tewas tanggal 14 Agustus lalu dan beberapa hari setelah itu. Konfrontasi tersengit terjadi di Rabaa Al Adawiya – tidak jauh dari lokasi ledakan hari Kamis.
Kondisi siaga yang diberlakukan pemerintah dan jam malam, membuat banyak warga Mesir memuji apa yang disebut pemerintah sebagai perang melawan teroris.
Banyak pemimpin tinggi Ikhwanul Muslimin partai Mohammed Morsi, telah ditangkap, Beberapa diantaranya – termasuk Morsi – dituduh menghasut aksi kekerasan. Lainnya bersembunyi atau telah meninggalkan Mesir.
Para pendukung Morsi mengecam balik bahwa pemerintah yang telah melakukan aksi kekerasan dan menuduh militer melakukan kudeta.
Beberapa analis mengingatkan tentang kemungkinan terulangnya revolusi pra tahun 2011 : militer lawan Islamis yang terkadang diwarnai kekerasan.,
Penerbit Hisham Kassem mengatakan situasi sekarang menimbulkan resiko terulangnya gelombang aksi teroris, tetapi hal ini tidak akan berhasil.
Hisham mengatakan, “Bisa terjadi pertumpahan darah. Dan keadaan menyedihkan. Tetapi mereka tidak memiliki kekuatan untuk menegakkan kekuatan politik lewat kekerasan”.
Tetapi ada yang mengingatkan bahwa dalam keadaan sekarang ini, tanggungjawab atas tindakan-tindakan seperti itu mungkin tidak selalu jelas. Berbicara dengan dilatarbelakangi kekhawatiran terjadi tindakan pembalasan, mereka mengingatkan kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa bertahap untuk membenarkan penumpasan yang dilakukan pemerintah.