Enam belas WNI yang hilang maupun 16 WNI lainnya yang ditangkap hendak bergabung dengan ISIS di Suriah melalui Turki ternyata masih ada yang berusia anak-anak. Sejumlah situs internet juga menyajikan tampilan video anak-anak dilatih bersenjata kelompok militan ISIS.
Pemerintah melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, saat berkunjung ke Solo, Kamis Sore (19/3), menyatakan kasus tersebut menjadi prioritas utama pencegahan keterlibatan anak dan perempuan dalam kelompok bersenjata.
Your browser doesn’t support HTML5
“Keterlibatan WNI berusia anak dan WNI perempuan yang bergabung dengan kelompok ISIS, memang saya belum tahu banyak. Selama ini saya baca di media massa memang ada informasi itu, tapi saya belum menentukan langkah. Saya belum bertemu dan membahas masalah ini dengan deputi di kementerian yang saya pimpin. Isu-isu seperti ini memang penting dan menjadi prioritas kami, perhatian utama kami di kementerian, sebenarnya banyak hal yang menjadi isu prioritas kami, tidak hanya soal ISIS ini saja, antara lain human trafficking. Memang dalam menangani kasus ini perlu ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh budaya, tokoh adat, untuk melakukan pendekatan kepada mereka, kita harus berjalan bersama mencegah kasus ini kembali terjadi,” kata Yohana.
Dari penelusuran data di Pemkot Solo maupun Imigrasi Surakarta menunjukkan dari 16 WNI yang hilang di Turki, 6 di antaranya warga Solo masih ada yang berusia anak atau balita. Identitas paspor mereka masih bersaudara yaitu Hamzah Hafid Babher lahir tahun 2009 atau berusia 6 tahun, Ustman Hafid Babher ahir tahun 2011 atau berusia 4 tahun, dan Atikah Hafid Babher lahir tahun 2013 atau berusia hampir 1 tahun.
Sementara itu, 16 WNI lainnya yang ditangkap di Turki juga menunjukkan terdiri dari 3 keluarga dan sebagian besar masih berusia anak maupun balita.
Kemudian beredar di situs internet sekelompok anak memegang senjata dan menggunakan atribut simbol ISIS sedang dilatih militer oleh sejumlah orang dewasa. Informasi di media massa menyebutkan ada indikasi salah seorang anak tersebut adalah Warga Negara Indonesia atau WNI.
Pemerintah masih terus berupaya mengungkap sejumlah kasus yang berkaitan dengan kelompok ISIS ini.