Acara ball drop, diturunkannya bola raksasa dari atap gedung One Times Square diiringi hitung mundur 60 detik menuju tahun baru, sudah menjadi tradisi di kawasan Times Square, New York. Itulah yang ingin disaksikan warga Jakarta, Dian Ariyani dan suaminya. begitu mereka menerima visa Amerika Serikat (AS) dan menyusun keberangkatan liburan akhir tahun mereka.
“Melihatnya, seru. Kalau Times Square kita tahu kan terkenalnya oleh ritual ball drop. Kami ingin merasakan euforia itu. Kepingin banget," tutur Dian.
Bukan hal mudah untuk mencapai lokasi terbaik dan berada di tengah kerumunan massa untuk menyaksikan acara ikonik itu.Sebelum bertolak ke AS, Dian pun mengatur strategi dengan memilih hotel yang berada di tengah-tengah kawasan itu.
Namun, ketika berbicara kepada VOA sehari menjelang acara tutup tahun itu, karyawan bank swasta ini mengaku belum bisa memastikan apakah jadi mewujudkan keinginan tersebut setelah melihat betapa New York sangat padat oleh orang-orang yang mengisi liburan Natal di kota itu.
Pada acara malam Tahun Baru 2024, yang pertama diselenggarakan kota New York dalam empat tahun ini, pemerintah kota sebelumnya memperkirakan sekitar satu juta orang akan memadati kawasan tersebut. Jumlah tersebut kurang lebih 2-3 kali lipat dari pengunjung Times Square sehari-hari.
“Belum Tahun Baru saja sudah se-crowded ini. Tidak terbayang bagaimana pas tahun barunya. Kami sudah booking hotel pas yang di tengah Times Square. Jadi, mau tidak mau pasti ya di situ, cuma tidak turun di kerumunan yang di bawah, bareng-bareng dengan yang lain.”
Dian, yang biasanya bermalam tahun baru dengan pergi keluar kota dan ngobrol dari hati-ke-hati untuk melihat kilas balik tahun yang lewat dan rencana untuk tahun yang baru bersama keluarganya, berharap tahun depan dapat kembali ke AS bersama dengan anak-anaknya.
Dyan Wibowo, warga Leesburg, Virginia, telah dua kali mengikuti acara ball drop di New York. Meskipun tahun ini diperkirakan suhu New York lebih hangat daripada ketika menyaksikannya langsung, minus belasan derajat Celsius, ia tidak tertarik untuk mengulangi pengalaman tersebut.
Terlebih lagi, lanjutnya, Dyan berencana ngumpul bareng dengan teman-teman dari kelompok bela diri yang diikutinya.
“Kami kan punya grup martial art, Keep Fit. Kami sering kumpul-kumpul setiap minggu. Ngobrol punya ngobrol, kami nggak punya acara untuk malam tahun baru. Ya sudah kami get together di rumah Dyan. Juga mungkin ada beberapa teman di sekitar rumah. Rata-rata orang Indonesia juga sih.”
BACA JUGA: Dunia Menyambut Tahun Baru 2024Dalam refleksinya menjelang tutup tahun 2023, Dyan merasa sangat bersyukur karena setelah berakhirnya pandemi COVID-19, ia dapat bepergian bersama dengan keluarga dan teman-temannya. Pemilik Indo Boutique yang mempromosikan berbagai produk Indonesia itu mengatakan ia berharap Allah terus memberkati ia dan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik lagi.
Ia juga mengatakan tidak akan terlalu sibuk sebagai tuan rumah karena ini adalah acara “dari kita, untuk kita, oleh kita.” Para tamu, ujarnya, akan membawa makanan untuk dinikmati bersama dalam acara kumpul bersama untuk mempererat hubungan satu sama lain.
“Semoga semakin akrab, ke depannya, hubungan pertemanan semakin baik. Karena teman di sini sudah seperti saudara atau keluarga atau sister," kata Dyan mengucapkan harapannya.
Teman rasa saudara
Teman atau kenalan di rantau ‘rasa’ saudara. Ini juga yang ada di benak Timothy Harianja, software engineer yang bermukim di Virginia. Tahun lalu ia menyambut tahun baru bersama keluarganya di Indonesia. Kali ini, ia akan merayakannya bersama dengan sesama jemaat gereja Indonesia di kawasan ibu kota, Washington DC.
Tim, begitu ia dipanggil, akan mengikuti kebaktian malam Tahun Baru dari pukul 20.00 hingga pukul 01.00 pagi di rumah salah seorang jemaat di Virginia. Selain berdoa bersama, mereka akan banyak berbincang untuk saling berbagi mengenai resolusi tahun baru dan untuk lebih saling mengenal satu sama lain, jelasnya.
“Menarik, sih. Soalnya aku juga baru pindah ke area ini bulan Februari dan aku masih dalam masa transisi untuk mengenal orang, orang-orang baru," tutur Tim.
Tim menganggap para kenalan barunya itu sebagai keluarga keduanya. Ada beragam perasaan yang ia kemukakan menjelang pergantian tahun.
“Aku sangat berucap syukur karena tahun ini bisa bekerja di Amerika. Itu merupakan sebuah anugerah, jadi sangat happy bisa bekerja di sini. Tapi pada saat bersamaan juga ada sedihnya karena tidak bisa dekat dengan keluarga. Bagi diriku, aku sangat menghargai waktuku bersama orang tua, bersama abang, kakak, dan keluarga besarku sekalian," ujar Tim.
Namun karena hidup sendiri pula, Tim merasa bahwa ia memiliki lebih banyak waktu dalam melakukan refleksi untuk 2023 dan memikirkan resolusi untuk 2024.
Warga Los Angeles, California, Dewi Rusmiati menyambut tahun baru dengan mengikuti Run with The Roses 5k, lari 5 kilometer tepat pada tengah malam pergantian tahun. Acara ini diselenggarakan di Pasadena dan menurut penyelenggaranya, Lululemon, perusahaan Kanada yang memproduksi pakaian olahraga, diikuti sekitar 2.500 pelari.
Baru saja mengikuti Honolulu Marathon pada pertengahan Desember, Dewi mengurungkan rencana beristirahat di rumah, tidak bepergian ke mana-mana sebagaimana kebiasaannya menyambut tahun baru. Kali ini Dewi tergerak untuk mengikuti Run with the Roses meskipun ia tak pernah mengikuti midnight running pada malam Tahun Baru di kotanya.
BACA JUGA: Mulai 1 Januari Warga Kosovo Bebas Visa ke Eropa“Yang saya tahu, ini untuk pertama kalinya Lululemon mengadakan midnight running di kawasan Amerika Utara. Jadi saya lebih memilih ini dan I’m so excited to run dibandingkan saya traveling," kata Dewi.
Ia mendaftarkan diri bersama putranya yang berusia 11 dan telah mulai ia ikutkan dalam perlombaan lari 5k. Dewi melihat bahwa Raul, putranya, tampaknya lebih excited dan lebih kuat untu lari daripada dirinya.
"Saya nggak pernah punya target. Saya nggak pernah menyesalkan apa yang sudah terjadi atau hal-hal seperti itu. Cuma ya, kalau untuk running, kebetulan tahun 2024, saya sudah ada target untuk mendapatkan lebih dari 10 medali," kata Dewi.
Itu jawaban perempuan yang berprofesi sebagai asisten pribadi (personal assistant) salah satu keluarga terkaya di AS ketika ditanya mengenai refleksi akhir tahunnya. Medali yang diincarnya itu adalah untuk nomor lari maraton penuh.
Sementara, melakukan refleksi diri pada akhir tahun sambil beribadah di Tanah Suci menjadi pilihan Musa Rasil, wiraswastawan asal Jakarta.
“Tanah Suci itu tempat paling enak kalau kita mau merefleksi diri terutama di akhir tahun, perenungan setahun ke belakang, perencanaan setahun ke depan. Ternyata tempat yang paling enak itu di depan Ka’bah. Kita bisa melihat Ka’bah dan biasanya akan banyak inspirasi datang . Karena saya Muslim, bisa sekalian bertaubat untuk dosa-dosa satu tahun ke belakang," kata Musa.
Banyak pilihan tempat untuk melakukan refleksi akhir tahun, kata Musa yang telah melakukannya beberapa kali.
Your browser doesn’t support HTML5
Dia menjelaskan, selain Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, ada juga tempat-tempat bersejarah lain di mana kita bisa merenung sambil membayangkan perjuangan Nabi Muhammad pada masanya. Kalau cuaca mendukung, ia berencana melewati pergantian tahun di Gua Hira, tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah.
Musa berangkat ke Tanah Suci bersama rombongan sebuah biro perjalanan umrah. Meskipun pergi sendirian, ia merasa seperti berada di tengah keluarga bersama jemaah lain dalam rombongan ini karena mereka telah bertemu beberapa kali semasa manasik.
Ia menengarai jemaah umroh akhir tahun ini lebih banyak daripada biasanya. Sekarang ini, ia baru bisa menyelesaikan thawaf hingga 2 jam lebih, yang biasanya hanya 1-1,5 jam, karena padatnya jemaat.
Di tengah padatnya jemaat serta banyaknya pembangunan di Masjidil Haram dan sekitarnya, pada akhir tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, Musa merasa atmosfer Tanah Suci tidak berubah.
“Sama-sama bikin merinding,” ujarnya.
Lalu apa hasil perenungannya mengenai masa setahun ini dan apa harapannya untuk tahun yang baru?.
“Selama setahun ini saya merasa terlalu banyak menyia-nyiakan waktu dan terlalu abai terhadap saudara-saudara kita, terutama saudara-saudara di Palestina. Mudah-mudahan, harapannya, di tahun depan bisa lebih berkah waktunya, dan saudara-saudara kita di Palestina bisa merdeka seutuhnya," ucap Musa.
Your browser doesn’t support HTML5
Dunia yang damai tanpa perang, pemilu yang aman juga merupakan salah satu harapan Dian Ariyani, selain kesehatan, umur panjang dan rezeki yang baik untuk keluarganya.
“Happy New Year 2024, semoga semua mendapatkan yang jauh lebih baik daripada tahun yang sebelumnya," ucap Dian, yang bersyukur karena keinginannya berlibur ke AS pada 2023 terwujud juga. [uh/ab]