Kepala Eksekutif produsen mobil mewah Mercedes-Benz mengatakan memutus hubungan ekonomi dengan China tidak realistis. Dalam wawancara dengan koran Bild am Sontag yang dikutip oleh kantor berita Reuters, Ola Kaellenius mengatakan mencoba melakukan hal itu akan berisiko untuk sebagian besar industri Jerman.
Eropa mencoba mengurangi ketergantungan pada China setelah gangguan-gangguan yang dipicu pandemic COVID-19 dan krisis di Ukraina menyoroti bahaya ketergantungan pada para pemasok yang dominan dan kerentanan rantai pasokan.
Namun, Kaellenius mengatakan memutus hubungan dengan China perekonomian terbesar kedua di dunia, “tidak terpikirkan oleh hampir seluruh industri Jerman.”
“Para pemain utama di perekonomian global, Eropa, Amerika Serikat (AS) dan China, saling berhubungan sehingga memutus hubungan dengan China tidak masuk akal,” kata Kaellenius.
Para produsen otomotif Jerman bergantung pada pasar China sebagai pasar terbesar di dunia. Mercedes-Benz sendiri mengandalkan Beijing Automotive Group dan Ketua Geely, Li Shufu, sebagai dua pemegang saham teratas.
BACA JUGA: Perusahaan Asing di China Hadapi Pengawasan dan Tekanan yang Meningkat TajamChina menyumbang 18 persen dari pendapatan dan 37 persen dari penjualan mobil Mercedes-Benz pada 2022 dan Kaellenius memperkirakan masih akan meningkat.
“Angka penjualan kami di China terus meningkat dan saya cukup optimis bahwa kami akan terus berkembang tahun ini. Selama tahun-tahun (pandemic) corona, orang-orang China yang lebih makmur, berhemat habis-habisan,” kata Kaellenius.
“Daya beli ini akan menguntungkan kami.” [ft]