Pemerintah Mesir ingin membeli sistem yang dapat mengambil data pengguna media sosial untuk mendeteksi hal-hal yang dianggap ancaman keamanan dari jaringan media sosial.
Mahmoud Salem paham risiko menulis blog di Mesir. Tiga tahun lalu, saat ada pemberontakan melawan Presiden Hosni Mubarak, blog Salem "Rantings of a Sandmonkey” merupakan situs populer bagi para aktivis pro-demokrasi.
Blog itu begitu populer sampai namanya dan istilah "Arab Spring (Kebangkitan Arab)" hampir menjadi satu kesatuan bagi banyak warga Mesir. Namun popularitas itu membuatnya menjadi target.
Salem mengatakan pada ABC News pada 2011 bahwa ia dipukuli massa yang diperintah polisi dan dibawa ke markas polisi, hanya untuk dijatuhkan di terowongan dan ditinggalkan begitu saja.
Presiden Mubarak dan Mohamed Morsi telah datang dan pergi, namun aktivis-aktivis daring mengatakan tekanan pemerintah terhadap mereka tidak melonggar.
Dan mereka khawatir hal itu akan memburuk di bawah Presiden yang baru terpilih, Abdel Fattah el-Sissi, mantan panglima militer yang membantu menyingkirkan Morsi.
Pengawasan Meningkat
Selama bertahun-tahun, telah diketahui bahwa pemerintah Mesir telah mengawasi komunikasi elektronik pribadi sejumlah warga negara, terutama aktivis-aktivis seperti Salem.
Dokumen-dokumen yang baru dibocorkan menunjukkan pemerintah Mesir sekarang ingin meningkatkan pengawasan penggunaan media sosial, mengambil sejumlah besar data mengenai setiap orang yang ada di Internet.
Pengawasan Internet oleh pemerintah di seluruh dunia bukan hal yang baru, tapi seiring peningkatan teknologi, meningkat pula kapasitas untuk pengumpulan data yang lebih besar dan lebih canggih.
Bahkan sebelum perang sipil, pemerintah Suriah menggunakan sistem dahsyat dari Blue Coat Technologies untuk mengawasi pergerakan dan komunikasi warga di Internet.
Ethiopia dan Vietnam secara luas diyakini telah membeli sistem-sistem FinFisher untuk memata-matai pemberontak. Dan di Amerika Serikat, aktivitas Badan Keamanan Nasional (NSA) sekarang ini telah diketahui publik berkat pembocoran informasi dari Edward Snowden.
Untuk Mesir, koran El-Watan pada 1 Juni melaporkan dokumen-dokumen yang bocor, yang menunjukkan adanya permintaan dari pemerintah Mesir -- disebut "tender" -- kepada perusahaan-perusahaan teknologi internasional untuk perangkat lunak yang dapat menelan data dari semua pengguna Mesir di Facebook, YouTube, Twitter, LinkedIn, dan kemungkinan dari aplikasi seluler Instagram, WhatsApp dan Viber juga.
Alasannya adalah untuk mendeteksi ancaman keamanan dari jaringan-jaringan media sosial, yang dianggap semakin banyak digunakan untuk menyebarkan ide-ide merusak masyarakat.
Kementerian Dalam Negeri Mesir telah mengukuhkan keabsahan dokumen tersebut, dengan menyatakan bahwa proyek baru itu untuk melawan terorisme, bukan memata-matai warga.
Namun para pengkritik tidak yakin karena masih ada kasus-kasus pemberangusan kebebasan berbicara dan berkumpul. Para aktivis khawatir jika sistem itu berlaku, para pemberontak di masa depan akan diberangus bahkan sebelum melakukan perlawanan.
Blog itu begitu populer sampai namanya dan istilah "Arab Spring (Kebangkitan Arab)" hampir menjadi satu kesatuan bagi banyak warga Mesir. Namun popularitas itu membuatnya menjadi target.
Salem mengatakan pada ABC News pada 2011 bahwa ia dipukuli massa yang diperintah polisi dan dibawa ke markas polisi, hanya untuk dijatuhkan di terowongan dan ditinggalkan begitu saja.
Presiden Mubarak dan Mohamed Morsi telah datang dan pergi, namun aktivis-aktivis daring mengatakan tekanan pemerintah terhadap mereka tidak melonggar.
Dan mereka khawatir hal itu akan memburuk di bawah Presiden yang baru terpilih, Abdel Fattah el-Sissi, mantan panglima militer yang membantu menyingkirkan Morsi.
Pengawasan Meningkat
Selama bertahun-tahun, telah diketahui bahwa pemerintah Mesir telah mengawasi komunikasi elektronik pribadi sejumlah warga negara, terutama aktivis-aktivis seperti Salem.
Dokumen-dokumen yang baru dibocorkan menunjukkan pemerintah Mesir sekarang ingin meningkatkan pengawasan penggunaan media sosial, mengambil sejumlah besar data mengenai setiap orang yang ada di Internet.
Pengawasan Internet oleh pemerintah di seluruh dunia bukan hal yang baru, tapi seiring peningkatan teknologi, meningkat pula kapasitas untuk pengumpulan data yang lebih besar dan lebih canggih.
Bahkan sebelum perang sipil, pemerintah Suriah menggunakan sistem dahsyat dari Blue Coat Technologies untuk mengawasi pergerakan dan komunikasi warga di Internet.
Ethiopia dan Vietnam secara luas diyakini telah membeli sistem-sistem FinFisher untuk memata-matai pemberontak. Dan di Amerika Serikat, aktivitas Badan Keamanan Nasional (NSA) sekarang ini telah diketahui publik berkat pembocoran informasi dari Edward Snowden.
Untuk Mesir, koran El-Watan pada 1 Juni melaporkan dokumen-dokumen yang bocor, yang menunjukkan adanya permintaan dari pemerintah Mesir -- disebut "tender" -- kepada perusahaan-perusahaan teknologi internasional untuk perangkat lunak yang dapat menelan data dari semua pengguna Mesir di Facebook, YouTube, Twitter, LinkedIn, dan kemungkinan dari aplikasi seluler Instagram, WhatsApp dan Viber juga.
Alasannya adalah untuk mendeteksi ancaman keamanan dari jaringan-jaringan media sosial, yang dianggap semakin banyak digunakan untuk menyebarkan ide-ide merusak masyarakat.
Kementerian Dalam Negeri Mesir telah mengukuhkan keabsahan dokumen tersebut, dengan menyatakan bahwa proyek baru itu untuk melawan terorisme, bukan memata-matai warga.
Namun para pengkritik tidak yakin karena masih ada kasus-kasus pemberangusan kebebasan berbicara dan berkumpul. Para aktivis khawatir jika sistem itu berlaku, para pemberontak di masa depan akan diberangus bahkan sebelum melakukan perlawanan.