Mesir mengumumkan, Kamis (25/7), kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 15 persen sebagai bagian dari paket reformasi yang diminta oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk pemberian pinjaman sebesar 5 miliar dollar Amerika atau sekitar 81.3 triliun rupiah untuk mengatasi kekurangan dana.
Kementerian Perminyakan Mesir mengatakan kenaikan harga BBM akan berlaku mulai Jumat (26/7).
Kenaikan harga BBM itu diumumkan menjelang pertemuan IMF pada Senin (29/7) untuk mengkaji paket pembayaran pada April senilai 820 juta dollar AS setelah Kairo menerima pinjaman pada akhir Juli.
Mesir sedang mengalami krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah. Utang luar negeri Mesir membengkak hingga mendorong lonjakan inflasi dan mengakibat devaluasi berturut-turut nilai tukar mata uang Mesir terhadap dollar AS.
BACA JUGA: Mesir Kocok Ulang Kabinet di tengah Tekanan Ekonomi dan Pemadaman ListrikInflasi meroket hingga hampir 40 persen tahun lalu, sebelum kemudian melandai hingga menyentuh 27,5 persen pada Juni.
IMF menuntut reformasi yang luas, terutama penerapan rezim nilai tukar mata uang yang liberal serta membatasi pengeluaran pemerintah dan memberi insentif pada investasi swasta.
Selain krisis ekonomi, Mesir juga terjebak dalam ketegangan regional, dengan perang yang berkobar, Gaza dan Sudan.
Serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran terhadap pelayaran di sekitar Laut Merah juga telah memukul pendapatan Terusan Suez Mesir. Pendapatan dari Terusan Suez mencatat penurunan sebesar 23,4 persen pada tahun fiskal 2023-2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Jalur laut utama yang menghubungkan Asia ke Eropa ini menyumbang sekitar 12 persen perdagangan maritim global. [ft/rs]