Pemerintah sementara Mesir yang didukung militer telah menyatakan dua aksi demonstrasi damai oleh para pendukung mantan Presiden Mohamed Morsi sebagai 'ancaman tidak dapat diterima' terhadap keamanan nasional.
KAIRO —
Para pendukung Presiden Mesir yang terguling, Mohammed Morsi, Rabu malam mengadakan dua aksi damai di luar masjid besar di Kairo timur dan universitas utama di kota itu Rabu malam menentang perintah militer.
Pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohamed El-Baltagy mengatakan, "Upaya untuk mengancam dan meneror peserta aksi duduk masih berlanjut, tapi saya ingin menegaskan kembali bahwa jumlah pesertanya bertambah dan mereka bersikeras akan hak mereka untuk menolak kudeta militer terutama setelah pembunuhan, pembantaian, terorisme, dan kekerasan terhadap mereka. Dan itulah yang benar-benar mengancam keamanan nasional Mesir, di tangan orang-orang yang melakukan kudeta."
Gerakan Ikhwanul Muslimin itu mengatakan ia khawatir militer akan melakukan pembantaian lagi terhadap para demonstran. Pasukan keamanan menembaki para demonstran di Kairo hari Sabtu ((27/7), menewaskan sedikitnya 80 orang.
Hampir 200 orang telah tewas sejak militer Mesir menggulingkan Morsi dari jabatannya tanggal 3 Juli.
Seorang demonstran, Saeed El-Mistakawi, mengatakan, "Kami tidak memperhatikan laporan menteri dalam negeri atau menteri luar negeri, kami juga tidak peduli apakah Amerika atau Eropa mendukung atau melawan kami. Apa yang mengkhawatirkan saya adalah keteguhan yang tersisa di tempat ini, dan insya Allah kita akan menang."
Para pendukung Morsi menuntut agar ia didudukkan kembali sebagai presiden dan dipulihkannya konstitusi yang disusun Islamis.
Sementara itu, dua Senator terkemuka Amerika, John McCain dan Lindsay Graham, dari Partai Republik mengatakan Presiden Barack Obama meminta mereka untuk berkunjung ke Mesir pekan depan untuk bertemu dengan para pemimpin militer dan oposisi.
Pemerintahan Obama telah menolak untuk menyatakan penggulingan Morsi itu sebagai kudeta militer, yang memungkinkan Amerika untuk melanjutkan penyaluran bantuan keuangan ke Mesir.
Pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohamed El-Baltagy mengatakan, "Upaya untuk mengancam dan meneror peserta aksi duduk masih berlanjut, tapi saya ingin menegaskan kembali bahwa jumlah pesertanya bertambah dan mereka bersikeras akan hak mereka untuk menolak kudeta militer terutama setelah pembunuhan, pembantaian, terorisme, dan kekerasan terhadap mereka. Dan itulah yang benar-benar mengancam keamanan nasional Mesir, di tangan orang-orang yang melakukan kudeta."
Gerakan Ikhwanul Muslimin itu mengatakan ia khawatir militer akan melakukan pembantaian lagi terhadap para demonstran. Pasukan keamanan menembaki para demonstran di Kairo hari Sabtu ((27/7), menewaskan sedikitnya 80 orang.
Hampir 200 orang telah tewas sejak militer Mesir menggulingkan Morsi dari jabatannya tanggal 3 Juli.
Seorang demonstran, Saeed El-Mistakawi, mengatakan, "Kami tidak memperhatikan laporan menteri dalam negeri atau menteri luar negeri, kami juga tidak peduli apakah Amerika atau Eropa mendukung atau melawan kami. Apa yang mengkhawatirkan saya adalah keteguhan yang tersisa di tempat ini, dan insya Allah kita akan menang."
Para pendukung Morsi menuntut agar ia didudukkan kembali sebagai presiden dan dipulihkannya konstitusi yang disusun Islamis.
Sementara itu, dua Senator terkemuka Amerika, John McCain dan Lindsay Graham, dari Partai Republik mengatakan Presiden Barack Obama meminta mereka untuk berkunjung ke Mesir pekan depan untuk bertemu dengan para pemimpin militer dan oposisi.
Pemerintahan Obama telah menolak untuk menyatakan penggulingan Morsi itu sebagai kudeta militer, yang memungkinkan Amerika untuk melanjutkan penyaluran bantuan keuangan ke Mesir.