Meski Alami Kemunduran, Partai-partai Pro-Eropa Berhasilkan Pertahankan Kendali di Parlemen

Suasana sidang pleno Parlemen Eropa di Brussels, 21 Januari 2019. (Foto: dok).

Para pemimpin politik Eropa, Selasa (28/5), bertemu di Brussels untuk membahas hasil-hasil pemilu Uni Eropa dan kandidat-kandidat yang mungkin menggantikan Jean-Claude Juncker sebagai presiden Komisi Eropa.

Secara umum, partai-partai berhaluan tengah mengalami kemunduran sementara partai-partai ekstrem kanan, populis dan anti-imigran mengalami kemajuan di negara-negara besar Uni Eropa, seperti Inggris, Italia, dan Perancis. Meski demikian, partai-partai hijau dan liberal-lah yang mengalami kemajuan paling signifikan – menyiratkan bahwa lingkungan dan keamanan ekonomi menjadi proritas utama para pemilih Eropa.

Menyusul keberhasilan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemilu Eropa Wakil PM Italia Matteo Salvini, pemimpin Partai Liga Utara, sebuah partai sayap kanan, mengatakan, kesuksesan-kesuksesan partai-partai nasionalis di negara-negara besar Uni Eropa mengisyaratkan adanya perubahan dalam blok 28 negara itu.

"Tidak hanya Liga yang menjadi partai nomor satu di Italia, tapi juga partainya Marine Le Pendi Perancis, dan partainya Nigel Farage di Inggris. Jadi Italia, Perancis, Inggris. Ini adalah isyarat bahwa Eropa sedang mengalami perubahan,” ujar Salvini.

Mantan kepala strategi Gedung Putih Steve Bannon, yang kini bekerja di Eropa, membuat prediksi serupa.

"Gerakan integrasi yang terus diperjuangkan Uni Eropa telah mati. Anda tidak akan melihatnya di Brussels. Anda tidak akan melihat Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, atau para petinggi Uni Eropa lain menyerukan integrasi yang lebih kuat. Mereka paham, orang-orang di Eropa, tidak lagi menginginkan itu,” kata Bannon.

Guy Verhofstadt, pemimpin Aliansi Liberal dan Demokrat di Parlemen Eropa, tidak sependapat. "Kemenangan terbesar diraih partai-partai liberal. Anda mungkin tidak melihatnya pada penutupan pemilu. Namun kita paling banyak meraih kursi, lebih dari 40 dan ini menjadikan kita kelompok besar sekarang, yakni sekitar 110 kursi, dan mungkin akan lebih besar lagi dalam beberapa hari mendatang. Popularitas akan berdasar pada keseimbangan baru kekuasaan di parlemen Eropa,” komentarnya.

Kemajuan diperkirakan juga diraih partai-partai hijau, liberal dan anti-integrasi Eropa di parlemen yang kian terpecah.

BACA JUGA: Pemimpin-Pemimpin Uni Eropa Mulai Pilih Kandidat untuk Jabatan Puncak di Blok Eropa Itu

Sementara mengalami kemunduran, partai-partai pro-Eropa tetap mempertahankan cengkeramannya di parlemen Eropa. Para pemimpin politik mengatakan, para pemilih jelas-jelas mengungkapkan bahwa prioritas mereka adalah perubahan iklim dan kestabilan ekonomi.

PM Belanda Mark Rutte mengatakan, isu itu akan menjadi agenda utama parlemen Eropa dalam lima tahun mendatang dan akan mempengaruhi pemilihan presiden baru Komisi Eropa yang akan menggantikan Jean-Claude Junker.

"Jadi, jika prioritasnya untuk lima tahun ke depan adalah mengenai perubahan iklim, mengenai ekonomi yang lebih kuat yang juga memberikan proteksi, migrasi dan mempertahankan perbatasan, maka langkah berikutnya adalah membahas siapa orang yang bisa memenuhi tuntutan itu,” kata Rutte.

Pejabat-pejabat tinggi Uni Eropa yang akan digantikan tahun ini adalah: Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi dan Utusan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri Federica Mogherini. [ab]