KTT Keamanan Asia, yang juga dikenal sebagai Dialog Shangri-La, menjadi tempat pertemuan tatap muka pertama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dengan Menteri Pertahanan China Dong Jun, di mana China sebelumnya menolak dialog tingkat tinggi tersebut.
Dong Jun mengatakan, “Kami selalu terbuka untuk berdialog dan bekerja sama, tapi kedua belah pihak harus mau berkompromi.”
Ada perbedaan yang tampaknya tidak bisa dikompromikan dalam KTT itu, dan para pejabat China pun menyerang AS.
“Fakta menunjukkan bahwa AS adalah perusak terbesar tatanan internasional, penghalang terbesar bagi kemajuan tata kelola dunia, dan penghambat terbesar perdamaian dan stabilitas regional,” ujar Letnan Jenderal China Jing Jianfeng.
Dalam pernyataannya, Menhan AS Lloyd Austin menegaskan bahwa perang dapat dihindari dan dialog berperan penting.
“Tidak setiap dialog akan menjadi dialog yang menyenangkan. Namun, penting bagi kita untuk terus berdialog satu sama lain,” papar Austin.
Ada banyak isu yang perlu dibicarakan, termasuk ancaman militer China terhadap Taiwan yang demokratis.
Selain itu, pada sengketa Laut Cina Selatan, kapal-kapal China menyerang kapal-kapal kecil Filipina, yang memicu kekhawatiran akan diaktifkannya Perjanjian Kerjasama Pertahanan AS-Filipina.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menegaskan, “Jika seorang warga negara Filipina tewas akibat aksi yang disengaja, saya kira itu sama saja dengan memicu perang, dan oleh karena itu, kami akan merespons sebagaimana mestinya.”
BACA JUGA: Menhan Austin: AS Hanya Bisa Aman Jika Asia AmanMenurut sejumlah pengamat regional, ketegangan semacam itu menunjukkan betapa pentingnya dialog bagi AS dan China.
“Ketegangan mulai mereda, tapi (kita tidak boleh) menganggap masalah-masalah ini akan tuntas begitu saja, karena ini adalah masalah yang kompleks. Namun, prioritasnya sekarang adalah meredakan ketegangan, mengirim pesan yang tepat untuk membangun kepercayaan yang lebih besar, serta memperbanyak dialog dan pendekatan,” jelas Lim Tai Wei, dosen Universitas Nasional Singapura.
Setidaknya untuk saat ini, China setuju untuk melanjutkan pertemuan-pertemuan tersebut. [br/jm]
Your browser doesn’t support HTML5