Dengan dukungan publik yang mencapai tingkat terendah dalam sejarah, Trump memanfaatkan pidatonya di hadapan sebuah kerumunan massa yang umumnya Kristen konservatif untuk menuduh apa yang disebutnya “media palsu” karena secara tidak adil menyerang dirinya dan kebijakan-kebijakannya.
"Media berita palsu berusaha membungkam kita. Tapi kita tidak akan membiarkan mereka karena kita mengetahui kebenarannya,” ujar Presiden Donald Trump.
Setelah berhari-hari menimbulkan kontroversi lewat cuitannya di Twitter yang menarget dua di antara pengecam terkerasnya, pembawa acara bincang-bincang MSNBC Joe Scarborough dan Mika Brzezinski, Trump mengalihkan kemarahannya ke salah satu target favorit lainnya, CNN. Ia mengunggah sebuah video yang direkayasa di akun Twitternya, hari Minggu. Dalam video itu, ia tampak menggasak dan memukuli satu sosok yang kepalanya dilabeli dengan tulisan CNN.
CNN mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, dengan mengunggah video itu, Presiden Trump mendorong terjadinya kekerasan terhadap wartawan. Namun video cuitannya itu menjadi viral, menerima hampir setengah juta tanda acungan jempol (atau “like”) dan dicuitkan kembali sekitar 300 ribu kali.
Jumpa pers di Gedung Putih menjadi lebih jarang, lebih diwarnai argumentasi dan dicirikan oleh kecaman yang meningkat terhadap liputan media.
Wakil Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan:
"Saya kira kita harus dengan seksama mengamati apa yang menjadi fokus, apa yang kita liput, dan memastikan bahwa itu akurat dan benar.”
Para wartawan Gedung Putih berkeberatan atas pernyataan Sanders. Mereka membela peran kontrol pers yang selalu mempertanyakan pemerintah. Brian Karem dari Majalah Playboy mengungkapkan:
"Kami di sini untuk bertanya pada Anda, Anda di sini untuk memberi jawaban. Apa yang baru Anda katakan seolah memprovokasi orang-orang di berbagai penjuru Amerika yang selama ini beranggapan, ‘tuh kan lagi-lagi presiden benar dan semua wartawan yang ada di sini bekerja untuk media palsu,’” ujar Brian Karem.
Bahkan sejumlah tokoh Partai Republik mengecam cuitan-cuitan Trump, sementara banyak pengamat mengatakan, serangan Trump terhadap media kemungkinan menyenangkan dirinya, tapi kemungkinan juga merugikan dirinya.
Matthew Hindman adalah pengamat dari Universitas George Washington.
"Jelas ia mengecewakan banyak orang yang memilihnya musim gugur lalu. Dalam hal popularitas sesungguhnya, ia adalah presiden yang paling tidak populer selama beberapa generasi,” ujar Matthew Hindman.
Namun Trump dan para juru bicaranya tampaknya mengisyaratkan mereka akan terus melancarkan serangan melalui Twitter tanpa mempedulikan kecaman apapun. Dalam cuitannya akhir pekan lalu, Trump menulis “Media palsu dan penipu berusaha keras meyakinkan orang-orang Republik dan lain-lain agar saya berhenti menggunakan media sosial — tapi ingat, saya menang.” [ab/uh]