Serangan yang menewaskan sedikitnya 60 orang itu kemungkinan akan menyulitkan upaya pemerintah mayoritas Syiah Irak untuk menjembatani perpecahan sektarian semakin yang berdarah di negara itu.
Perdana Menteri yang baru ditunjuk Haider al-Abadi sedang berusaha menyatukan populasi Sunni, Syiah dan Kurdi yang retak untuk menghadapi militan Negara Islam yang telah menguasai sebagian besar wilayah timur laut negara itu.
Serangan di masjid hari Jumat di kota Sunni Baquba itu – di mana militan Negara Islam telah berusaha untuk merekrut dukungan – mengingatkan kembali perang saudara sektarian brutal yang terjadi di Irak pada tahun 2006.
Saksi-saksi mata dan para tokoh keagamaan Sunni menuduh sebuah milisi Syiah garis keras berada dibalik serangan itu, tetapi sejumlah komandan militer Irak menuduh militan ISIS.
Militan ISIS – yang telah membangun kubu kuat mulai dari Suriah timur hingga Irak baratlaut – mendapat dukungan dari umat Sunni yang merasa terpinggirkan, termasuk sejumlah mantan pejabat militer Irak.
ISIS juga aktif merekrut anggota dari seluruh dunia. Menurut seorang pejabat hukum federal Amerika, ada sekitar 12.000 orang asing anggota ISIS di Suriah dan lebih dari 1.000 diantaranya diyakini dari negara-negara Barat. Sekitar 100 diantaranya dikatakan adalah orang Amerika.
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel, hari Kamis mengatakan ekstremis kini telah menjadi lebih dari sekedar sebuah kelompok teroris, melainkan menjadi entitas Islam yang terlatih, bersenjata, terorganisir dan didanai dengan baik yang menimbulkan suatu “ancaman yang mungkin segera terjadi” terhadap kepentingan Amerika.